Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menetapkan konsorsium PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Misi Mulia Metrical sebagai pemenang pelelangan pengusahaan Jalan Tol Semarang-Demak.
Pembangunan Tol Semarang-Demak akan dilakukan di atas tanggul laut dengan nilai investasi sebesar Rp 15,3 triliun. Tanggul laut sengaja dibangun guna mengantisipasi terjadinya banjir rob dan penurunan muka tanah atau land subsidence di kawasan sekitar.
Â
Advertisement
Baca Juga
Oleh karenanya, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit coba mengingatkan pihak konsorsium agar berhati-hati dalam menggarap proyek Tol Semarang-Demak tersebut.
"Khusus untuk faktor keselamatan konstruksi, saya mohon ini jadi perhatian penting. Apalagi posisi tanggulnya cukup tinggi," imbuh dia di kantornya, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa kondisi tanah yang ada di sana cukup lunak lantaran berada di pesisir laut, sehingga diperlukan penanganan khusus agar faktor keselamatan bisa tetap terjaga selama proses pembangunan.
"Termasuk di dalamnya kondisi tanah lunak yang barangkali perlu lebih baik untuk penanganannya," ujar Danang.Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Telan Investasi Rp 15,3 triliun
Sebagai informasi, pembangunan Tol Semarang-Demak menelan biaya investasi mencapai Rp 15,3 triliun dan ditargetkan berlangsung selama 2 tahun. Lahan yang dibutuhkan seluas 1.887.000 meter persegi, dan terbagi menjadi dua seksi, yakni Seksi I Kota Semarang dan Seksi ll Kabupaten Demak.
Danang meneruskan, pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak ini juga nantinya akan turut melibatkan tenaga kerja lokal di bawah komando dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Misi Mulia Metrical selaku pihak konsorsium.
"Meski proyek ini sepenuhnya diserahkan kepada tiga kontraktor, tapi kita juga mau melibatkan tenaga konstruksi Indonesia untuk bisa men-support kegiatan ini," tukas dia.
Advertisement
Menteri Basuki: Transaksi Tol Tanpa Henti Tunggu Kesiapan Operator
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintah masih menunggu kesiapan dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) terkait rencana penerapan sistem pembayaran biaya jalan tol tanpa henti atau Multi Lane Free Flow (MLFF).
"Terkait MLFF, kita perlu waktu untuk menentukan teknologi yang tepat serta menunggu kesiapan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang dapat ditetapkan akhir 2019," ungkap dia dalam sebuah keterangan tertulis, Selasa (30/4/2019).Â
Lebih lanjut, ia menyatakan, penerapan MLFF beserta penambahan pintu keluar tol dan peningkatan layanan rest area merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kenyamanan pengguna jalan tol.
"Kita menyakini ini merupakan suatu kebutuhan bagi peningkatan pelayanan jalan tol kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu yang saya tunggu dari hasil rapat koordinasi yang diselenggarakan ATI (Asosiasi Jalan Tol Indonesia)," tuturnya.
Secara target, ia menyebutkan, total panjang jalan tol baru yang akan dioperasikan hingga akhir 2019 yakni sepanjang 1.852 Km. Adapun pada kurun 2015-2019, jalan tol yang telah dioperasikan sepanjang 949 Km.
Pembangunan jaringan jalan tol di Indonesia terus dilanjutkan, terlebih permintaan pada ruas tol yang merupakan prakarsa badan usaha (unsolicited project) dengan pembiayaan investasi terus bertambah.
Beberapa ruas tol yang akan dimulai pembangunannya dalam waktu dekat dan tahun-tahun berikutnya yakni Jalan Tol Semarang-Demak yang sudah proses lelang dan tinggal menetapkan pemenangnya, Jalan Tol Jogja-Solo sudah ditentukan trasenya tinggal menentukan penetapan lokasinya dan akan dilelang, Tol Cigatas (Cileunyi-Garut- Tasikmalaya) dan Probolinggo-Banyuwangi juga akan dimulai tahun ini.Â