Sukses

Industri MICE Dongkrak Ekonomi, Pertemuan IMF di Bali Jadi Contoh

Total dampak langsung pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali untuk ekonomi mencapai Rp 5,4 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Leonardo Teguh Sambodo menegaskan, industri meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) dapat menjadi salah satu motor penggerak perekonomian. Industri MICE dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, menarik devisa, dan menciptakan lapangan kerja.

Sebagai bukti dampak industri MICE kepada perekonomian, dia mengambil contoh gelaran pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Nusa Dua, Bali pada 8-14 Oktober lalu. "Total dampak langsung untuk ekonomi Bali bisa sampai Rp 5,4 triliun," kata dia, dalam acara 'IBEF 2019', di JCC, Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Dia menjelaskan, angka total Rp 5,4 triliun tersebut terdiri atas Rp 3,05 triliun berupa investasi infrastruktur penunjang dan Rp 582 miliar berasal dari pengeluaran peserta selama acara.

"Ini dihasilkan tidak saja dari pengeluaran peserta, namun invetasi yang digelontorkan untuk penyiapannya. Jadi MICE ini juga bisa sekaligus menjadi pendorong perbaikan lingkungan, service dari kota dan aksesibilitas," tegas dia.

"Kalau kita punga banyak event internasional misalnya tahun 2021 kita ada MotoGP di Mandalika itu pemerintah akan habis-habisan investasi untuk infrastrukturnya dan itu juga membantu industri MICE sendiri karena ada infrastruktur atau sarana prasarana MICE yang dilengkapi," ujar dia.

Selain itu, industri MICE bisa menjadi penarik devisa. Pada gelaran annual meeting IMF-World Bank tercatat devisa yang masuk mencapai Rp 396 miliar terdiri dari pengeluaran peserta Rp 341 dan operasional Rp 55 miliar.

"Dan ini yang juga kalau kita bandingkan kunjungan leisure travel dengan business travel dengan adanya IMF kemarin spending naik 2,6 kali lipat lebih tinggi (dari wisatawan mancanegara lainnya)," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Kawasan Ekonomi Khusus Bangka Belitung Fokus ke MICE dan Olahraga

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tengah mengusulkan agar daerah Tanjung Gunung dan Sungai Liat menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Nantinya kedua kawasan ini akan dibangun dengan konsep karaktersitik yang berbeda.

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman mengatakan, apabila usulan tersebut disepakati oleh pemerintah, untuk daerah Tanjung Gunung akan dijadikan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) tourism. Sementara di Sungai Liat akan dijadikan sebagai wisata olahraga (sport tourism).

"Satu MICE tourism untuk Tanjung Gunung. Kalo yang Sungai Liat sport tourism," katanya saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, pada Senin 5 November 2018. 

Erzaldi menyebut, usulan dua KEK ini sudah lama menjadi strategi pemerintah provinsi. Sebab apabila terealisasikan maka akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang besar terhadap masyarakat sekitar.

"Nah pariwisata ini potensinya apa? indikatornya sumber daya alamnya aja liat. Pantai-pantai di Bangka Belitung bagus dan lain sebagainya. Jadi saya sangat berkeyakinan (akan meningkatkan pertumbuhan ekononomi)," katanya.

Berdasarkan catatan, pendapatan asli daerah (PAD) di kawasan Kepulauan Bangka Belitung telah mencapai sekitar 43,7 persen. Sementara total kunjungan wisata ke daerah Kepulauan Bangka Belitung terus mengalami peningkatan signifikan. Misalnya saja pada 2017, hampir 200 juta kunjungan setelah Tanjung Kemang ditetapkan jadi KEK.

"Dan belum jadi Tanjung Kelayangnya itu tapi hotel-hotel juga sudah bermunculan sebab penetapan kek bagian promosi," katanya.