Sukses

BUMN Bakal Investasi Kereta Api dan Tambang Emas di Afrika

PT INKA dan PT Timah akan berinvestasi di Afrika terkait Kereta Api dan tambang emas.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, PT INKA dan PT Timah akan berinvestasi di Afrika. Investasi yang dilakukan nanti terkait kereta api dan tambang emas.

"Ini mau baru. Jadi pertama mengenai kita di Sudan sama di Madagaskar. Madagascar itu kereta api, kemudian di Sudan tambang emas. Tambang, PT Timah, ada tambang crome, ada tambang emas dan macam macam," ujarnya di Kemenlu, Jakarta, Rabu (24/7).

Fajar mengatakan, selain dua BUMN itu, masih ada BUMN lain seperti anak usaha Garuda Indonesia yaitu GMF AeroAsia Tbk serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang akan menandatangi 4 perjajian kerjasama. Rencana ini akan dibahas dalam pertemuan dengan Afrika di Bali pada 20-21 Agustus mendatang.

"GMF mau nambah lagi di Nigeria. Akan baru, kemudian nanti LPEI akan tandatangan 4 macam-macam aku tidak tahu. Nanti persiapan dulu, masih diomongin. Nanti akan diberesin. Nanti yang jelas untuk di Bali nah sudah pasti," jelasnya.

Sejauh ini, kata Fajar, sudah banyak BUMN Indonesia yang berhasil berinvestasi di Afrika. Beberapa di antaranya, Aljazair, Senegal dan Nigeria.

"Kita ada Wika di Aljazair, ada Wika di Nigeria, kemudian kita sudah ngirim pesawat terbang ke Senegal, kemudian Timah sudah mulai kerja di Nigeria. Jadi ada beberapa. GMF sudah ada di Nigeria. Nanti akan bikin baru lagi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Gandeng KAI dan INKA, Waskita Karya Ekspansi Bisnis ke Filipina

PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan melebarkan sayap bisnis dengan berekspansi ke Filipina. Menggandeng PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) dan PT INKA (Persero), emiten dengan kode perdagangan WSKT tersebut menyasar proyek pembangunan kereta api di negara tetangga tersebut.

Direktur Utama Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra mengatakan, perusahaan akan mengekspor pengalaman sukses membangun proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) di Palembang ke Filipina.  

"Kita keluar negeri ada konsep kerjasama dengan teman-teman di kereta api. Pengalaman di Palembang kita mau ekspor," ujarnya saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Adapun dalam kolaborasi ini, tukas Gusti, perseroan akan mengerjakan infrastruktur kereta api antara lain rel hingga stasiun. Adapun INKA bertindakn sebagai produsen kereta dan KAI operatornya.

"Jadi infrastruktur sipilnya ada (Waskita), rolling stocknya dari Inka, operatornya dari KAI. kita sudah menjajaki di Philipina untuk cari mulai pertama untuk kita bisa ekspor," paparnya.

Dia menambahkan, untuk pendanaannya sendiri berasal dari pinjaman dari Eximbank dan beberapa bank lainnya. Namun ia belum memaparkan lebih lanjut porsi masing-masing pinjaman tersebut.

"Pendanaannya dari Eximbank, itu kita masih jajaki. Nilainya belum ada masih kita cari," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Gandeng Stadler, INKA Bangun Pabrik Senilai Rp 30 Triliun

Industri kereta api nasional dinilai semakin berdaya saing seiring peningkatan kerja sama dengan perusahaan skala global karena mendapatkan transfer teknologi.

Hal ini diwujudkan melalui langkah kolaborasi antara PT INKA (Persero) dan Stadler Rail Group asal Swiss.

"Kalau kita lihat, Stadler adalah salah satu player kereta api di Eropa, juga sebagai produsen nomor 4 di dunia. Ini menjadi momentum yang baik bagi PT INKA sehingga bisa saling memanfaatkan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, seusai mengunjungi kantor pusat Stadler Rail Group di Bussnang, Swiss, Jumat 25 Januari waktu setempat, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (26/1/2019).

Airlangga menjelaskan, upaya sinergi kedua belah pihak akan terealisasi melalui pembangunan pabrik kereta api terintegrasi dan terbesar di Indonesia milik PT INKA di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Jumlah investasi yang bakal digelontorkan mencapai Rp 30 triliun, dengan tahap awal yang dikucurkan senilai Rp 500 milliar.

Dalam kesepakatannya, PT INKA menyiapkan lahan seluas 84 hektare (ha) beserta bangunan. Namun, tahap pertama, digunakan seluas 12 Ha. Sementara itu, pihak Stadler menyediakan teknologi, mesin dan pasar. Diperkirakan, total penyerapan tenaga kerja hingga 2.000 orang.

"Dari kerja sama ini, diharapkan akan membuka akses pasar ekspor lebih luas lagi bagi keduanya, baik di Asean maupun regional, di mana masing-masing sudah punya jaringan,” ungkapnya.

Dari produksi di Banyuwangi ini, PT INKA bisa fokus di pasar berkembang seperti Bangladesh, India, Sri Lanka dan Filipina, sedangkan Stadler untuk memenuhi pasar seperti Singapura dan Australia.

Dengan penerapan teknologi terbaru, menurut Airlangga, pabrik PT INKA di Banyuwangi siap memproduksi berbagai jenis kereta mulai dari light rail transit (LRT), metro, sampai yang kereta kecepatan tinggi.

Bahkan, melalui penggunaan mesin canggih, pabrik ini mampu memproduksi 4 kereta per hari atau sanggup melampaui 1.000 kereta per tahun.

"Kami terus memacu industri perkeretaapian nasional agar dapat menguasai pasar domestik dan semakin berperan dalam supply chain industri perkeretaapian untuk pasar global,” tegasnya.

Saat ini, Indonesia termasuk salah satu pemain industri manufaktur sarana kereta api terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan studi perusahaan independen Jerman, PT INKA berada di posisi 22 dalam jajaran industri kereta api di dunia.

4 dari 4 halaman

Indonesia Kirim 15 Gerbong Kereta ke Bangladesh

Sebanyak 15 buah kereta buatan PT. INKA Madiun dikirim ke Bangladesh, Minggu 20 Januari 2019. Pengiriman ini merupakan tahap pertama dari total pesanan 250 unit yang diperoleh melalui proses tender bernilai USD 100,89 juta di tahun 2017 lalu.

"Suatu kebanggaan bagi kita bahwa PT INKA mampu menghasilkan produk yang kompetitif dan bisa menang bersaing di pasar internasional," ujar Menteri Peridustrian, Airlangga Hartarto, pada acara pelepasan pengiriman gerbong kereta di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya seperti dikutip dari situs Kemlu.go.id, Rabu (23/1/2019).

Pada kesempatan yang sama, Dubes RI untuk Bangladesh, Rina Soemarno, juga menyampaikan, "Pengiriman ini adalah bagian dari keberhasilan diplomasi ekonomi RI di Bangladesh." Total sebanyak 450 buah gerbong kereta senilai lebih dari USD 187 juta telah dipesan oleh Bangladesh sejak 2006.  

Keberhasilan PT. INKA tidak lepas dari dukungan Presiden Joko Widodo yang menyampaikan secara langsung minat sejumlah BUMN Indonesia untuk masuk pasar Bangladesh, kepada PM Sheikh Hasina dalam berbagai kesempatan.

Penjualan gerbong kereta produksi Indonesia adalah salah satu contoh sukses pemanfaatan peluang ekonomi di pasar non-tradisional. Dengan perkembangan bisnisnya saat ini, PT. INKA tengah meningkatkan kapasitas produksinya dengan pembangunan pabrik di Banyuwangi yang diperkirakan akan menyerap sekitar 3000 tenaga kerja baru pada 2020.

Ke depannya, Indonesia akan terus mengembangkan potensi pasar non-tradisional di wilayah Asia Selatan dan Afrika untuk pengembangan ekspor industri strategis nasional.

Acara pelepasan dilakukan secara resmi oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dengan dihadiri oleh Dubes RI Bangladesh, Dirut PT. INKA, Dir. Eksekutif Bank Exim, Direktur PT. PAL, Direktur PT. Barata, perwakilan Kemendag, Kemlu, Kemenhub, dan BUMN se-Jawa Timur.