Sukses

Pemberdayaan Istri Nelayan Dorong Peningkatan Ekonomi Keluarga

Ekonomi nelayan menurun drastis karena tidak memiliki pekerjaan pengganti selama tidak melaut.

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat kesejahteraan nelayan lokal selama ini masih sangat bergantung dari hasil tangkapan ikan yang didapatkan. Pada saat musim panen ikan tiba, nelayan hidup serba berkecukupan, bahkan kadang berlebihan. Namun ketika musim paceklik datang, kehidupan keluarga nelayan berubah drastis bahkan sulit untuk membeli makanan sehari-hari.

Kondisi yang sama berlangsung di Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Di Kawasan pesisir  pantai, tempat beberapa desa nelayan ini, musim melaut berlangsung selama 5 bulan, di mana para nelayan biasanya mendapatkan sumber daya  ikan yang melimpah. Sementara pada masa 7 bulan berikutnya, atau masa di mana nelayan tidak melaut, kondisi ekonomi mereka menurun drastis.

Sebenarnya, kondisi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, karena para nelayan tidak memiliki pekerjaan pengganti selama menganggur. Sebagian kecil ada  yang menjadi kuli perkebunan ataupun berladang. Namun hasilnya jauh dari cukup.

Sementara itu, para istri nelayan umumnya tidak punya aktivitas lain, selain mengurus rumah atau mendampingi sang suami  bekerja.  Padahal istri para nelayan ini mempunyai potensi ekonomi yang  luar  biasa.

Berangkat dari realita tersebut, Mataram Paint, EMCO, bekerjasama dengan Kolam Ikan Creative Communication menginisiasi kembali  penyelenggaraan workshop atau pelatihan bagi para istri nelayan, yang sudah lama vakum.

Workshop  ini bertujuan untuk memotivasi dan memberi solusi, tidak hanya mengenai bagaimana cara inovatif dalam mengolah bahan makanan dari ikan, tetapi juga mencari solusi berkaitan dengan distribusi dan pemasarannya. Dengan demikian, jika para istri nelayan ini menjadi lebih produktif, akan dapat membantu meningkatkan pendapatan dan ekonomi keluarga,

“Saya senang sekali dengan adanya pelatihan ini. Saya memang ingin membuka usaha kuliner. Semoga bisa membantu meningkatkan  ekonomi keluarga saya nantinya,” ungkap salah satu peserta workshop, Nurhidayati di Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Contoh sukses lain dari program ini yaitu Irayati, pelaku UMKM asal Madura yang berhasil mengolah produk makanan dari bahan baku ikan, terutama ikan tripang. Usaha yang sudah dirintisnya lebih dari 10 tahun lalu ini menjadi jadi salah satu ikon kuliner di Bangkalan, Madura. Beragam jenis makanan turunan dari ikan berhasil diolahnya menjadi lebih menarik dan bercita rasa.

Sebut saja rengginang kepiting, dan  terasi berbentuk bubuk yang dikemas dengan sangat kreatif dan inovatif. Produknya ini bahkan telah menarik perhatian para eksportir dari negeri kincir angin, Belanda.

"Diharapkan dengan berlangsungnya program ini akan dapat membantu keluarga nelayan menjadi lebih mandiri dan punya alternatif  mata pencaharian, terutama dalam masa-masa paceklik ikan," ungkap Irayati.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Pencurian Ikan Bikin Rumah Tangga Nelayan Merosot

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti mengungkap dampak dari ilegal fishing atau penangkapan ikan ilegal menyebabkan nelayan Indonesia kehilangan mata pencahariannya.

Sebab, akibat dari pencurian ikan ini, jumlah rumah tangga nelayan turun hampir mencapai 50 persen.

"Ilegal fishing telah menyebabkan jumlah rumah tangga nelayan turun hampir 50 persen lebih, yang tadinya 1,6 juta kepala rumah tangga tahun 2014 tinggal 800 ribu," kata Susi, saat ditemui di Universitas Sahid Jakarta, Selasa (9/4/2019).

Dampak dari pencurian ikan ini pun lantas membuat produksi ekspor perikanan Indonesia kala itu menurun. Sebab, jumlah stok ikan pada 2014 tercatat hanya mencapai 7,1 juta ton saja. Namun, ada kebijakan menenggelamkan kapal, stok ikan kembali meningkat.

"Hanya dengan menenggelamkan kapal mereka semua ribuan kapal ini pergi. Indonesia tahun 2016 saja stok ikan kita sudah di posisi 12,5 juta ton," imbuh dia.  

Dia pun memperkirakan, ketersedian ikan di laut Indonesia akan terus tumbuh signifikan dengan kebijakan penenggelaman kapal.

"Tahun 2018 sensus stok ikan dilakukan komisi pengkajian ikan nasional nanti ada dirilis saya dengar sudah di atas 13 juta ton. Namun karena belum rilis resmi saya belum berani sebutkan angkanya tapi di atas 13 juta ton," ujar dia.

Sebelumnya, Susi Pudjiastuti mengatakan, sesuai dengan visi Presiden yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim di dunia, berbagai kebijakan telah ditempuh.

Tak terkecuali penangkapan ikan ilegal atau illegal fishing dengan cara menenggelamkan kapal-kapal asing.

"Semua anak-anak Staf di KKP tidak dalam situasi senang. Genderang perang sesuai dengan perintah presiden kita diminta berantas ilegal fishing dengan tenggelamkan," kata dia.

Namun tanpa pikir panjang, intruksi presiden itu dijalankan oleh kementerian yang dipimpinnya. Sebab dia menilai, dengan penenggalaman kapal bisa mejadi salah satu yang elegan dalam menyelesaikan akar kejahatan di sektor perikanan.

"Ini cara terbaik. Ini dengan informasi lobi kita panggil pengusaha dan dubesnya, dari sisi diplomasi sudah cantik oke. Yang kita lakukan stop ilegal fishing atau pulangkan kapal Anda atau saya tenggelamkan," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Indonesia Jadi Sorotan Dunia karena Konsisten Bela Lautan

Sebelumnya, Indonesia menjadi sorotan di ajang Monaco Ocean Week 2019 berkat ketegasan dalam melindungi lautan dan mempromosikan ekonomi biru (blue economy). Upaya ini dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mengirim lima delegasi ke acara tersebut.

Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Brahmantya Satyamurti Poerwadi. Ia berharap ada langka nyata dari segala pihak dalam melindungi perairan yang dilindungi (Marine Protected Area/MPA) demi melawan perubahan iklim.

"Kita juga membahas aksi-aksi yang bisa kita lakukan untuk membangun political willingnessdari pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat di tiap-tiap negara supaya tantangan akan perlindungan spesies lintas-batas dapat diatasi,” ucap Brahmantya seperti dikutip rilis Kementerian KKP, Selasa 9 April 2019.

Isu lautan lain yang Indonesia sorot adalah mengenai maraknya perdagangan dan konsumsi terumbu karang secara ilegal, terutama di Hong Kong dan China. "Kondisi ini tentu mengancam keberlanjutan ikan karang kita dan secepatnya harus kita hentikan,” ujar Brahmantya. 

Sementara itu, dalam Pertemuan Tingkat Tinggi (PTT) Lembaga Penelitian Kelautan Eropa, Indonesia berkesempatan menjadi satu-satunya negara Asia dalam forum yang membahas tentang bagaimana membangun hubungan yang kuat antara ilmu pengetahuan, masyarakat dan politik untuk dapat menentukan masa depan ilmu pengetahuan di Eropa.

Menurut Menteri Susi, aksi Indonesia di Monaco Ocean Week adalah bentuk konsistensi Indonesia dalam memperjuangkan lautan. Sebelumnya, Indonesia melakukan hal serupa di Our Ocean Conference 2018 di Bali.

“Komitmen itu kembali kita buktikan dengan peran Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan Our Ocean Conference 2018 di Bali dan kepemimpinan bersama sebagai ketua International Coral Reef Initiative (ICRI) periode 2018-2020,” ucap Menteri Susi.