Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mewaspadai dampak kemarau panjang yang diperkirakan terjadi sampai September, dan puncaknya pada Agustus mendatang. Sebab, kondisi alam ini dikhawatirkan akan berdampak pada inflasi.
"Kalau kekeringan kita sudah dengar dari BMKG kita masih terus mengikutinya. Pada tahun ini dan kita terus memonitor dan menyiapakn langkah," katanya saat ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Menko Darmin mengaku masih akan memonitoring hingga satu bulan ke depan. Karena biasanya pada bulan Agustus, di mana sedang puncak-puncaknya musim kemarau tiba justru terjadi panen raya.
Advertisement
Baca Juga
"Kita akan lihat dari sini ke Agustus seperti apa pengaruhnya sekaligus kita menunggu apakah ada perkembangan terjadi lebih baik atau lebh buruk," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan mengantisipasi tejadinya kemarau panjang tersebut. Sebab, apabila dibiarkan akan berdampak pada produksi pangan dan mengakibatkan terjadinya inflasi.
"(Kita) antisipasi kemarau panjang. Kalau kemarau panjang kan larinya ke peroduksi pangan. padahal komponen inflasi kita kan yang paling besar pangan bergejolak. Jadi kita harus bener-bener antisipasi musim kekeringan yang mungkin agak di luar kebiasaan," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Stok Beras Aman
Menteri Bambang mengatakan, untuk kebutuhan pangan sendiri seperti beras sejah ini masih terbilang aman. Sebab, stok yang berada digudang Bulog sendiri masih cukup banyak.
"Beras sejauh ini kalau di cadangan bulog masih relatif aman. Justru harusnya komoditi lain," imbuhnya.
Kendati begitu, dirinya tidak merincikan komoditas-komoitas apa saja yang akan berdampak akibat terjadinya kemarau panjang tersebut. "Iya komoditi lainnya aja. Ya lain diluar beras," pungkasnya.
Seperti diketahui, kekeringan melanda wilayah Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi sejak dua bulan terakhir. Hal ini menyebabkan sekitar 40 persen lahan persawahan di Desa Sirnajati yang ditanami padi terancam gagal panen.
"Ada sekitar 20 hektare sawah milik lima kelompok tani, 40 persennya terdampak kekeringan," kata Sekretaris Desa Sinarjati Sahrudin di Cibarusah, Jumat (28/6).
Dia mengatakan, jika pun turun hujan dianggap telat. Sebab padi yang ditanam petani di sana telah memasuki usia 60 hari.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Gubernur BI Paparkan 3 Strategi Kendalikan Inflasi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan ada tiga kunci penting dalam pengendalian inflasi, yakni sinergitas antara pemerintah pusat, daerah dan Bank Indonesia, lalu adaptasi dalam inovasi, serta inovasi kerjasama perdagangan antar daerah.
Dia mengatakan, sinergi kuat antara pemerintah pusat, daerah dan Bank Indonesia merupakan kunci sukses pengendalian inflasi yang terjaga rendah pada kisaran 3 persen.
"Realisasi inflasi pada 4 tahun terakhir dapat dijaga sedikit di atas 3 persen. Pencapaian tersebut masih dalam rentang sasaran nasional sebesar 3,5 persen dengan deviasi 1 persen," jelas dia saat Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Terjaganya realisasi inflasi tersebut menurutnya tentu tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat yang bekerjasama dengan pemerintah daerah dan BI melalui implementasi strategis 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
"Strategi 4K akan terus dilanjutkan untuk menjaga capaian inflasi tahun 2019 dan seterusnya dengan fokus utama ketersediaan pasokan dan juga kelancaran distribusi," ungkap dia.
Selanjutnya, ia meneruskan, kata kunci yakni adapatasi dalam inovasi. Perry memaparkan, pengendalian inflasi di berbagai daerah sudah dilakukan dengan berbagai inovasi seperti penggunaan teknologi digital.
"Inovasi penggunaan teknologi informasi di berbagai daerah ini bisa kita replikasikan dari satu daerah ke daerah lain sehingga dapat berskala nasional. Itu akan jadi kunci kesuksesan pengendalian inflasi ke depan," tuturnya.
Terakhir, yakni inovasi kerjasama perdagangan antar daerah. Dia menyatakan, inovasi yang melibatkan banyak pihak tersebut akan semakin memperkokoh hubungan dan perekonomian dalam skala nasional.
"Inovasi teknologi informasi maupun perdagangan antar daerah kami yakin tim pengendalian inflasi pusat maupun daerah akan semakin kokoh sebagai wujud koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat, daerah dan Bank Indonesia," pungkas dia.