Liputan6.com, Jakarta PT Krakatau Steel (persero) Tbk kembali melakukan penandatanganan kerja sama suplai baja dengan Cedex Steel & Metals Pty. Ltd., perusahaan baja dari Australia.
Kerja sama suplai baja ini baru bisa kembali dilakukan pada tahun ini setelah sebelumnya Australia mengenakan BMAD sebesar 8,6—19 persen atas impor produk baja Hot Rolled Plate (HRP) asal Indonesia yang berlaku sejak 19 Desember 2013. Pengenaan BMAD tersebut telah berakhir pada 19 Desember 2018.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman ini merupakan kerja sama suplai baja yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk untuk meningkatkan penjualan produk bajanya.
Advertisement
"Krakatau Steel sangat bersyukur pemerintah Australia tidak melanjutkan proses peninjauan kembali pengenaan BMAD setelah 19 Desember 2017 atau tepat setahun sebelum BMAD berakhir, sehingga sesuai ketentuan Anti Dumping Agreement, pengenaan BMAD tersebut berakhir pada 19 Desember 2018,” jelas Direktur Komersial PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Baca Juga
Penandatanganan ini berlaku untuk periode 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Hadir dalam penandatanganan ini Direktur Komersial PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo dan General Manager Flat Rolled Products Cedex Steel & Metals Pty. Ltd. Garry McInerney.
“Kami akan terus meningkatkan ekspor kami ke Australia sebagai salah satu strategi penjualan kami di tahun 2019 ini,” tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sejarah Kerjasama
Dilihat dari sejarahnya, Cedex Steel & Metals Pty. Ltd. sudah hampir 20 tahun memasarkan produk baja dari Krakatau Steel di Australia menggunakan merek dagang Volcano Plate, hingga akhirnya saat ini produk baja Krakatau Steel dijual dengan menggunakan nama Krakatau Plate di Australia.
Memulai dari order 50 ton, saat ini Cedex Steel & Metals Pty. Ltd. mulai kembali melakukan order produk baja hingga 60.000 ton per tahun. Produk baja yang disuplai oleh Krakatau Steel dalam perjanjian kerja sama ini diantaranya Hot Rolled Coil, Hot Rolled Sheet, dan Hot Rolled Pickled Oiled, maupun Checkered Plate.
Kerja sama dengan Cedex Steel & Metals Pty. Ltd. yang sudah lama terjalin dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk semoga terus dilakukan tanpa ada hambatan.
“Ekspor baja terus kami tingkatkan untuk menyalurkan produk baja Krakatau Steel. Apalagi pabrik HSM#2 akan segera beroperasi sehingga ada penambahan output HRC (Hot Rolled Coil) sebanyak 1,5 juta ton per tahun,” pungkas dia.
Advertisement
Krakatau Steel Bakal Masuk di Holding BUMN Industri Tambang
Kementerian BUMN berencana untuk masukkan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) ke dalam holding BUMN industri pertambangan yang dipimpin oleh PT Inalum (Persero).
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, rencana ini merupakan bagian dari penguatan BUMN itu sendiri.
"Wacananya Krakatau Steel sebagai smelter besi (pabrik besi baja) memang akan ke holding industri pertambangan," kata Harry saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (2/4/2019).
Lalu, apakah lini bisnis Krakatau Steel masuk dalam industri pertambangan?
"Itu smelter, jadi hilirisasi industri pertambangan," tegas Harry.
Mengenai kapan perusahaan itu akan masuk ke dalam holding BUMN industri pertambangan, Harry mengaku masih belum tahu pasti. Rencana tersebut masih dalam pembahasan.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk secara perlahan terus memperbaiki kinerja dari tahun ke tahun. Pada 2018, telah terjadi kenaikan pendapatan bersih seiring dengan kenaikan jumlah volume penjualan.
Pendapatan bersih meningkat 20,05 persen YoY menjadi USD 1.739,54 juta, sementara volume penjualan meningkat 12,84 persen yakni sebesar 2,144,050 ton baja jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,900,075 ton.
Dengan meningkatnya pendapatan ini, rugi bersih Perseroan pada 2018 juga mengalami perbaikan sebesar 8,48 persen atau menurun menjadi USD 74,82 juta dibanding dengan tahun sebelumnya mencapai USD 81,74 juta, turun USD 6,9 juta.
Selain itu, performa perusahaan asosiasi dan joint venture juga membaik dengan ruginya menjadi USD 5,31 juta selama 2018 dari rugi USD 41,24 juta pada 2017.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, sepanjang 2018, Perseroan cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja.
Rata-rata harga jual produk HRC meningkat 10,03 persen menjadi USD 657 per ton, CRC naik 6,72 persen menjadi USD717/ton, dan Wire Rod meningkat 15,03 persen menjadi USD 635 per ton.
"Ini adalah salah satu ciri bahwa pasar baja domestik membaik,” ujar Silmy kepada wartawan, Senin 1 April 2019.