Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hari ini, Minggu (28/7) merayakan hari jadinya yang ke-53 tahun. Perayaan yang berlangsung di Kantor Kemenko Perekonomian tersebut dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution.
Menko Darmin mengawali rangkaian kegiatan acara dengan mengikuti jalan santai dilanjut dengan pelepasan 53 ekor burung merpati sebagai tanda usia Kemenko Perekonomian. Kemudian dilanjutkan dengan atraksi lainnya seperti tari-tarian hingga pementasan kesenian tradisional Reog Ponorogo.
Dia menyebutkan, setiap tahunnya acara ulang tahun kemenko perekonomian memang selalu dirayakan. Namun dia mengungkapkan tahun ini dia merasa berbeda. Menurutnya kali ini merupakan perayaan yang paling meriah dengan persiapan acara yang cukup lama dan matang.
Advertisement
Baca Juga
"Setiap tahun ya tidak terlalu beda cuma memang kadang-kadang dibikin lebih ramai. Ya barangkali tahun ini kita barangkali lebih merasa ulang tahun lah dibanding dulu-dulu," kata dia saat ditemui di sela acara, Minggu (28/7).
Darmin Nasution mengungkapkan perayaan kali ini acara yang dibuat lebih banyak dan lebih ramai. Bahkan sudah dimulai sejak beberapa hari lalu dengan adanya beberapa turnamen perlombaan antar divisi.
"Tahun ini barangkali kita lebih punya waktu persiapan walaupun agak dicicil acaranya supaya jangan penuh hari kerja jangan terganggu. Kalau dulu kan satu hari dua hari, kalau ini beberapa hari walaupun ya acaranya cuma magrib sampe jam 8 jam 9 (malam)," ujarnya.
Lebih dari itu, dia berharap perayaan ulang tahun dapat memberi makna yang lebih berarti yaitu mempererat tali silaturahmi antar pegawai di lingkup Kemenko Perekonomian.
"Ya sekaligus juga untuk mempererat hubungan antara satu dengan yang lain. Yang namanya kantor itu ya memang tempat bekerja, tetapi hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja itu susah dan itu hanya bisa didapat dengan situasi seperti ini," tutup Darmin Nasution.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menko Darmin Ungkap Sulitnya Turunkan Kesenjangan Kaya dan Miskin
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh gini ratio sebesar 0,382 pada Maret 2019. Angka ini turun sebesar 0,002 poin jika dibandingkan dengan gini ratio September 2018 yang sebesar 0,384.
Penurunan ini juga diikuti oleh tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta orang atau sebesar 9,41 persen. Angka ini turun sebesar 0,53 juta orang dibandingkan September 2018 seiring dengan naiknya garis kemiskinan indonesia.
Menanggapi itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mengaku bahwa tidak mudah dalam menurunkan tingkat ketimpangan atau gini ratio. Kondisi ini berbalik dengan menurunkan tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia.
Menurut Menko Darmin, upaya pemerintah dalam menekan angka kemiskinan bisa dilakukan dengan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, otomatis angka kemiskinan bisa menurun.
"Kalau pertumbuhan terjadi biasanya tingkat kemiskinan itu turun tidak susah. Atau pengangguran turun juga tidak susah. Tapi kalau gini ratio turun, nah susah itu," kata Menko Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Kendati begitu, capaian pemerintah selama ini pun sudah cukup baik sekalipun tingkat ketimpangan hanya turun tipis. "Jadi apa yang sudah dicapai beberapa tahun ini di mana pertumbuhan diiringi dengan penurunan gini rasio itu adalah satu prestasi yang tidak semua bisa melakukannya," jelasnya.
Advertisement
Gini Ratio di Kota Justru Naik
Berdasarkan data BPS Gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2019 tercatat sebesar 0,392, naik dibanding gini ratio September 2018 yang sebesar 0,391 dan turun dibanding gini ratio Maret 2018 yang sebesar 0,401.
Sementara itu, gini ratio di daerah pedesaan pada Maret 2019 juga tercatat sebesar 0,317, turun dibandingkan dengan gini ratio September 2018 sebesar 0,319 serta gini ratio Maret 2018 yang sebesar 0,324.
Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,93 persen yang artinya berada pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah pedesaan, angkanya tercatat sebesar 20,59 persen, yang berarti masuk dalam kategori ketimpangan rendah.
Adapun provinsi yang mempunyai nilai gini ratio tertinggi yaitu tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,423. Sementara yang terendah tercatat di Bangka Belitung dengan gini ratio sebesar 0,269.