Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, PT PLN (Persero) meningkatkan penyerapan gas alam cair atau Liqufied Natural Gas (LNG) sebanyak lima kargo pada tahun ini.
Deputi Keuangan dan Monetisasi Arief Setiawan Handoko ‎mengatakan, ada 11 kargo LNG yang tidak terserap dari kilang LNG Bontang karena PLN batal menyerap LNG tersebut, dari yang direncanakan 17 kargo hanya menjadi enam kargo karena harga yang lebih tinggi dibanding pasar.
Advertisement
Baca Juga
"Yang didrop dari yang 11 kargo, kan disini (11 kargo tidak jadi diserap) tahu harganya tinggi (tidak diambil)," kata ‎Arief, di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Menurut Arief, dari 11 kargo LNG yang tidak terserap, PLN siap menyerap kembali sebanyak 5 kargo setelah harga LNG yang dijual Pertamina tersebut mengalami penurunan harga.‎ Dengan begitu PLN akan menyerap 11 kargo LNG.
"Nah sekarang diambil lagi (lima kargo), harganya beda (lebih murah),‎" ujarnya.
‎Arief mengungkapkan, selain diserap PLN, LNG yang belum mendapat komitmen pebeli tersebut juga akan diserap PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertamina Gas (Pertagas) masing-masing satu kargo dan satu kargo lain akan diekspor ke Singapura.
‎"Ini resechdule cuma kita coba jual dapat harga pasar kalau ga salah BP Singapur. Iya untuk tanggal 10 Agustus pengiriman," tandasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pakai LNG, PLN Hemat Rp 70 Miliar di PLTG Sambera
PT PLN (Persero) menyatakan hemat biaya primer Rp 70 miliar per tahun dengan masuknya liquid natural gas (LNG) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2x20 megawatt (MW). Penggunaan LNG juga menurunkan biaya pokok produksi sebesar 38 persen untuk PLTG Sambera.
Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon menuturkan, PLTG Samberra menggunakan regasifikasi LNG dengan model transportasi trucking pertama kali di Indonesia. Jadi nanti akan ada sekitar 24 truk yang antarkan suplai LNG. Suplai gas tersebut berasal dari kilang Bontang yang memiliki jarak sekitar 80 KM dari PLTG tersebut.  Â
Metode suplai LNG dengan sistem ini merupakan salah satu terobosan untuk meraih wilayah terpencil yang tidak terjangkau pipa. Kehadiran pembangkit listrik ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar antara lain di Lempake, Tanah Merah, Muara Badak dan Bontang. Selain itu juga di Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong.
Sebelumnya pembangkit listrik ini hadir sejak 2008. Namun, pembangkit listrik ini selama 10 tahun memakai bahan bakar minyak. Machnizon menuturkan, perencanaan pergantian bahan bakar dilakukan sejak 2014.
"Didesain pakai gas tapi kendala belum pernah dapatkan gas. Operasi pakai minyak bikin tingginya biaya pokok PLN," ujar Machnizon saat sambutan acara first in gas PLTMG Sambera, Kutai Kartanegara, Senin (30/7/2018).
Advertisement
Tingkatkan Investasi
Machnizon menambahkan, adanya suplai gas untuk PLTG Sanbera ini sebagai upaya menurunkan pemakaian BBM. Ditambah meningkatkan efisiensi untuk tekan BPP.
"Hemat Rp 70 miliar per tahun dengan penurunan BPP 38 persen. Ini jadi model untuk PLTMG di seluruh Indonesia," kata dia.
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy Noorsaman Sommeng menuturkan, fasilitas dan regasifikasi LNG buat PLTG Sambera akan meningkatkan investasi PLN di tempat lain. Ini karena ada efisiensi dari pengurangan BBM dan menekan BPP.
"Fasilitas regasifikasi skala mini kurangi pemakaian BBM. Dengan PLTG ini akan turunkan BPP 2.780.6 per kwh jadi 1.721 per kwh. Signifikan penurunan dan penghematan 38 persen. Kemampuan investasi PLN akan terjamin dan anggaran dihemat," kata Andy.
Saat ini kondisi kelistrikan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur alami surplus pasokan listrik sebesar 487,4 MW. Daya mencapai 1.537 MW dengan beban puncak di Sistem Kaltim sebesar 451,2 MW dan Sistem Kalselteng sebesar 598,4 MW. Rasio elektrifikasi Kaltim mencapai 94,55 persen dan ditargetkan 100 persen pada 2021.