Liputan6.com, Cilegon - PT Barata Indonesia (Persero) memiliki target penjualan minimal Rp 500 miliar dari penjualan komponen pembangkit listrik. Performa dari unit divisi Barata di segmen ini meningkat pasca-akuisisi pabrik Siemens di Cilegon pada Agustus 2018.
Peningkatan ini dipengaruhi fakta bahwa Barata sudah dapat menyerap pesanan dari perusahaan selain Siemens. Dulunya, perseroan hanya bermitra dengan Siemens untuk komponen pembangkit, namun perjanjian akuisisi membuka jalan bisnis baru Barata.
Advertisement
Baca Juga
"Tahun ini minimal Rp 500 miliar dengan asumsi okupansi pabrik kira-kira 50-70 persen," ucap Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin kepada Liputan6.com, seperti ditulis Kamis (1/8/2019).
"Kelebihan lainnya Barata mengakuisisi ini, kita tak hanya bisa memproduksi komponen pembangkit merk Siemens, tetapi merk lain bisa. Contohnya ada merk Mitsubishi, mungkin Wärtsilä, GE (General Electric), nah kita bisa produksi di sini, tapi desain oleh mereka, brand mereka. Enggak masalah, tapi tetap buatan Barata Indonesia, Made in Indonesia," ia menjelaskan.
Dady, sapaan akrab Oksarlidady, berkata pemerintah memberikan dukungan yang baik terkait birokrasi dan perizinan. Berkat akuisisi Siemens, Barata pun bisa mengirim komponen ke berbagai penjuru dunia mulai dari Afrika, Korea Selatan, hingga Amerika Selatan.
Saat ini, unit divisi Barata di Cirebon sepenuhnya dioperasikan oleh SDM lokal, yakni berjumlah 450 orang. Adapun ekspat yang ada umumnya hanya perwakilan dari Siemens yang melakukan supervisi.
General Manager PT Barata Indonesia (Persero) untuk Divisi Power Plant, Lukman Jamaludin, menyebut kapasitas produksi pabrik mencapai 10 hingga 12 ribu ton per tahun dengan 500-600 ribu manhour. Itu meningkat dua kali lipat dari sebelum akuisisi.
Secara megawatt, Barata Indonesia mampu memproduksi hingga kisaran 1.000 MW yang sudah tergolong besar bagi standar dunia. Pabrik komponen pembangkit Siemens di Cilegon juga satu-satunya di Asia, sementara dua pabrik lainnya hanya ada di Jerman dan Hungaria.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mengirim ke Rusia dan Australia
PT Barata Indonesia (Persero) melakukan ekspor komponen Turbin Pembangkit Listrik yang di produksi oleh Pabrik Komponen Turbin Divisi Pembangkit PT Barata Indonesia di Cilegon, Banten. Negara yang jadi tujuan adalah Australia dan Rusia.
Produk yang diekspor ke Australia adalah Low Pressure Inner Casing (LPIC) 1x1.105 MW. Komponen pembangkit listrik buatan anak negeri ini akan digunakan untuk upgrading capacitypembangkit listrik AGL Energy kapasitas 2.210 MW (2x1.105 MW).
Pembangkit Listrik ini menyumbang sekitar 30 persen pasokan kebutuhan listrik di Victoria, Australia. Barata Indonesia melakukan pekerjaan fabrikasi, machining hingga assembling Turbin.
Pada saat yang sama, Barata juga akan mengekspor round condenser tipe 37/46 - 1TSS 124ax ke Rusia, yakni perusahaan Nizhnekamskneftekhim. Pada proyek ini Barata juga mengurus pengiriman, instalasi, serta pembuatan dua gas turbin SGT5-2000E, dua heat recovery steam generator dan alat pendukung lainnya.
"Kapasitas produksi Barata di Cilegon mencapai 10-12 ribu ton per tahun dan 500-600 ribu manhours," ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia Oksarlidady Arifin.
Pria yang akrab disapa Dady itu mengatakan bahwa ekspor komponen pembangkit listrik oleh Barata Indonesia akan terus ditingkatkan sebagai upaya dalam memperkuat posisi perseroan di bidang ekspor selain produk ekspor lainnya seperti komponen Kereta Api (Bogie ) yang rutin diekspor ke Mexico & Canada.
"Saya berharap Pabrik Komponen Turbin ini bisa melakukan hal yang sama dan menjadi salah satu tulang punggung ekspor produk yang dilakukan oleh Barata Indonesia,” ujarnya.
Advertisement