Liputan6.com, Cilegon - Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin memiliki pekerjaan rumah di bidang kultur perusahaan. Pasalnya, tahun lalu Barata baru saja mengakuisisi pabrik Siemens di Indonesia beserta para pegawainya.
"Yang jelas insan Barata di manapun saya mau satu color. Saya berusaha agar insan Batara di manapun sama kulturnya," ujar pria yang akrab disapa Dady itu kepada Liputan6.com seperti ditulis Rabu (31/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Salah satu solusi Dady untuk menyatukan pegawai eks-Siemens dan Barata adalah pertukaran SDM, contohnya pegawai dari unit eksisting Barata Indonesia, seperti di Gresik, dikirim untuk bekerja di pabrik Siemens di Cilegon. Diharapkan mereka dapat membawa nilai positif dan saling melengkapi.
"Budaya awalnya pasti beda antara Barata dan Siemens, tapi saya enggak mau warga kelas 1 atau kelas 2. Kami mencoba membuat satu aturan dan kita coba agar baur. Salah satunya ada petukaran SDM di Cilegon ke unit Barata eksisting dan orang Barata (dari luar Cilegon) ke sini, sehingga terjadilah sinergi atau asimilasi istilahnya," ujarnya.
Kepada para pegawai, Dady berharap bisa menanamkan pemikiran bahwa tidak ada yang lebih sempurna dari yang lain. Ia berharap agar semua pihak bisa menjadi satu keluarga Barata sepenuhnya.
Dady pun menerapkan standar yang sama pada dirinya sendiri. Dulunya ia lama berkarier di Wika hingga menjadi direktur sebelum akhirnya berkomitmen total sebagai bagian dari Barata Indonesia.
"Jadi saya 28 tahun di Wika, tapi semenjak saya masuk Barata, saya jadi insan Barata sepenuhnya," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Barata dan Milenial
Menteri BUMN Rini Soemarno sering menekankan pentingnya kehadiran milenial di perusahaan BUMN. Para BUMN pun ramai-ramai merekrut milenial.
Dady menyebut Batara memiliki sekitar 55-60 persen milenial dari total 1.100 engineer Barata di seluruh Indonesia. Sementara, generasi tua (kolonial) hanya 10 persen.
SDM pun menjadi prioritas Barata karena terkait dengan eksekusi proyek. Terkadang, Barata pontang-panting mencari SDM yang mumpuni ketika mendapatkan proyek kerjaan, terutama mengingat Barata memiliki dua bisnis utama yaitu manufaktur dan konstruksi yang butuh skill berbeda.
"Pilar utama kami adalah SDM. Jadi memnag saya enam bukan pertama membangun sistem, menggarap fundamental, dan terutama juga pilar SDM," pungkas Dady.
Advertisement