Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ikut serta meramaikan program SiMUDA (Simpanan Pemuda dan Mahasiswa) RumahKu dan SiMUDA InvestasiKu yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sederhana, tujuannya ialah untuk menularkan semangat menabung dan berpikir cerdas pada anak-anak muda bahwa masa depan dan masa tua bisa direncanakan sejak awal.
Setoran bulanannya pun disesuaikan dengan kantong anak muda, yaitu mulai Rp 50.000. Agar tidak ribet, saldo BNI SiMuda Rumahku akan terisi otomatis, karena BNI akan menarik langsung dari rekening tabungan (Taplus Muda atau Taplus).
Advertisement
Baca Juga
BNI SiMuda Rumahku disiapkan untuk jangka waktu 1 hingga 18 tahun, dan dapat digunakan untuk DP rumah, berlibur, ibadah, sekolah, bahkan biaya resepsi pernikahan.
Setelah memiliki SIMUDA RumahKu, milenial juga bisa mulai berinvestasi melalui SiMUDA InvestasiKu yang mendapat dukungan penuh dari BNI Asset Management (BNI AM).
Produk investasi tersebut memiliki fitur investasi Reksa Dana BNI AM 30 (BNI 30) dengan jenis reksa dana indeks saham. BNI 30 itu mudah dimonitor serta transparan.
"Para milenial juga akan dibantu oleh tenaga ahli Pasar Modal dari BNI AM. Pembelian awalnya sangat murah yaitu hanya Rp 100 ribu serta proses pengelolaannya aman karena berada di bawah pengawasan OJK," tutur Direktur Keuangan BNI, Eko Cahyo Anggoro di Jakarta, seperti ditulis Rabu (31/7/2019).
Adapun kedua produk unggulan BNI ini turut ditawarkan kepada publik pada acara AKSiMUDA 2019 yang digelar di Jakarta, Selasa 30 Juli 2019 dan digagas oleh OJK.
"Produk SiMUDA atau Simpanan Pemuda dan Mahasiswa RumahKu dan SiMUDA InvestasiKu ini kami siapkan sebagai sarana bagi para milenial untuk mulai berinvestasi sejak usia muda tanpa membebani keuangan mereka,” ujar Anggoro.
Sebagai informasi saja, Minat anak-anak muda untuk memiliki produk-produk BNI yang ramah bagi kantung mereka pun sudah mulai tumbuh. Terbukti sejak diluncurkan pada akhir tahun 2018, BNI SiMUDA RumahKu dan SiMUDA InvestasiKu telah dimiliki oleh sekitar 1.500 pemuda.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BNI Catat Untung Rp 7,63 Triliun di Semester I 2019
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) meraup laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun sepanjang Semester I 2019. Angka tersebut hanya tumbuh tipis yaitu 2,7 persen dari periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 7,44 triliun.
Direktur Keuangan BNI, Anggoro Eko Cahyo, menyebutkan BNI juga mencatat pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 1 persen yoy , yaitu dari Rp 17,45 triliun pada Semester I 2018 menjadi Rp 17,61 triliun pada Semester I 2019.
"Dari keseluruhan pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih, Non Interest Income, dan terjaganya biaya operasional yang tumbuh 7 persen, BNI mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun pada Semester I 2019 yang tumbuh sebesar 2,7 persen YOY, dari Rp 7,44 triliun pada Semester I 2018," kata dia, dalam acara Paparan Kinerja, di kantornya, Selasa (23/7/2019).
Selain itu, BNI mencatat pertumbuhan Non Interest Income atau fee based income di mana pada Semester I 2019 tumbuh 11,6 persen secara year on year (yoy).
"Sebesar 96,5 persen Non Interest Income BNI ditopang oleh recurring fee yang mencatatkan pertumbuhan 16,6 persen yoy menjadi Rp 5,2 triliun. Pertumbuhan ini berkontribusi sebesar 21,6 persen terhadap total operating income BNI pada Semester I tahun 2019," ujarnya.
Advertisement
NPL Membaik
Adapun kenaikan Non Interest Income pada Semester I 2019 didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 15,8 persen, fee sindikasi yang tumbuh 76,5 persen dan fee bank garansi yang tumbuh 1,3 persen.
"Sedangkan sisanya dari pertumbuhan bisnis Consumer dan Retail antara lain fee pengelolaan kartu debit dengan pertumbuhan 65,3 persen, dan fee bisnis kartu yang tumbuh 12,9 persen," ujarnya.
Dari sisi kualitas aset, NPL Gross BNI tercatat membaik menjadi 1,8 persen pada Semester I 2019 dari periode yang sama di tahun sebelumnya 2,1 persen.
"Credit cost juga menunjukkan perbaikan dengan turun dari 1,7 persen pada Semester I 2018 menjadi 1,4 persen pada Semester I 2019, sementara coverage ratio terus meningkat dari 150,2 persen di Semester I 2018 menjadi 156,5 persen pada akhir Semester I 2019," tutupnya.