Sukses

Sri Mulyani Cari Cara Agar Ekonomi Nasional Tak terdampak Perang Dagang

Saat pertemuan G20 di Osaka, Sir Mulyani dan banyak pihak berharap akan terjadi kesepakatan antar AS dan China.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melakukan serangan perang dagang. Terbaru, dia kembali mengenakan tarif impor tambahan sebesar 10 persen terhadap barang asal China senilai USD 300 miliar. Kebijakan tersebut akan berlaku pasa 1 September 2019.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, hal tersebut akan membuat ketidakpastian terus terjadi. Apalagi skenario mengenai kondisi perang dagang AS dan China itu sudah masuk dalam perhitungan pelemahan ekonomi tahun ini. Di mana perekonomian dunia akan turun sampai 0,5 persen akibat adanya perang dagang.

"Jadi seluruh negara itu akan mengalami adjusment karena tantangan untuk eksternal balance mereka akan berubah terutama dari eskpor dan impor. Kita juga melihat tekanan terhadap perdagangan internasional juga sudah terlihat di dalam kinerja eskpor kita," kata dia, di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (2/8/2019).

Oleh karena itu, dia menegaskan pihaknya akan tetap fokus kepada bagaimana faktor domestik dapat menahan pelemahan tersebut.

Saat pertemuan G20 di Osaka, dirinya dan banyak pihak berharap akan terjadi kesepakatan antar kedua negara tersebut. Namun rupanya tidak ada tanda-tanda yang menggembirakan.

"Jadi kita juga akan harus terus waspada terhadap kemungkinan terjadinya perang dagang yang eskalasinya memang sudah disampaikan satu tahun terkahir," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu 

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

China dan AS Siap Berunding Perang Dagang pada September 2019

Pejabat perunding perdagangan Amerika Serikat dan Chinaberencana untuk bertemu lagi pada awal September tahun ini, menurut sebuah laporan yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/8/2019).

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, dan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengakhiri pembicaraan dengan mitra-mitra China, termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He, pada Rabu kemarin di Shanghai.

Untuk dialog selanjutnya, Gedung Putih --dalam sebuah pernyataan-- menetapkan Washington sebagai lokasi berikutnya. 

Istana kepresidenan AS tersebut juga menyebut, kedua pihak akan membahas permasalahan "konstruktif" soal "pemboikotan teknologi, hak kekayaan intelektual, layanan, batasan non-tarif, dan pertanian."

"Tiongkok mengkonfirmasi komitmen mereka untuk meningkatkan pembelian ekspor pertanian Amerika Serikat," menurut pernyataan Gedung Putih.

Para negosiator dari Beijing dan Washington membahas peningkatan impor produk pertanian China dari AS berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang menguntungkan dari AS. Demikian diwartakan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua.

Media tersebut menuliskan, dua negara yang saling berselisih ini harus bisa kembali bekerja sama daripada menyerang satu sama lain. Xinhua menambahkan, pembicaraan perlu dilakukan berdasarkan kesetaraan dan rasa saling menghormati.