Sukses

YLKI: Mati Lampu Rugikan Konsumen dan Investasi

Ketua Pengurus YLKI, Tulus Abadi menyebutkan mati lampu bukan hanya merugikan konsumen residensial tetapi juga sektor usaha.

Liputan6.com, Jakarta - Mati lampu yang berlangsung selama berjam-jam tidak hanya merugikan konsumen. Listrik yang padam dan menjadi sorotan dunia tersebut juga mengganggu iklim investasi Indonesia.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyebutkan mati lampu, apalagi di Jabodetabek, bukan hanya merugikan konsumen residensial saja tetapi juga sektor pelaku usaha.

"Dan hal ini bisa menjadi sinyal buruk bagi daya tarik investasi di Jakarta dan bahkan Indonesia," kata dia, di Jakarta, Senin (5/8).

Tulus menjelaskan, investor akan beranggapan buruk mengenai kondisi di Indonesia. Sebab di Ibu Kota yang merupakan daerah vital saja dapat terjadi black out selama berjam-jam apalagi di daerah lainnya.

"Kalau di Jakarta saja seperti ini, bagaimana di luar Jakarta, dan atau di luar Pulau Jawa?," ujarnya.

Dia mengaku sangat menyesalkan terjadinya mati lampu secara total di wilayah Jabodetabek, bahkan area Jabar lainnya.

"Hal ini bisa menjadi tengara bahwa infrastruktur pembangkit PT PLN belum handal. Oleh karena itu, program pemerintah seharusnya bukan hanya menambah kapasitas pembangkit PLN, tetapi juga harus meningkatkan keandalan pembangkit PT PLN, dan infrastruktur pendukung lainnya, seperti transmisi, gardu induk, gardu distribusi, dan lain-lain," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Kronologi Mati Lampu Jakarta hingga Proses Pemulihan oleh PLN

Sekitar pukul 12.00 WIB, listrik di daerah Jakarta dan sekitarnya mati total atau blackout. Ternyata, mati lampu tersebut tidak hanya di daerah Jakarta. Banten, Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah mengalami pemadaman listrik.

Kegiatan yang bergantung pada listrik menjadi lumpuh, termasuk layanan publik, transportasi, perbelanjaan hingga perbankan.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN (persero), Sripeni Inten Cahyani mengungkapkan, PLN langsung melakukan recovery atau pemulihan gangguan. Adapun kronologi gangguan tersebut bermula sejak pukul 11.45 WIB.

"11.45 detik 27, pada saluran udara Ungaran terjadi gangguan pada sirkuit 1, kemudian disusul gangguan sirkuit kedua. Akibatnya di menit 48 detik ke 11, menyebabkan jaringan SUTP Depok Tasik mengalami gangguan," kata dia di Depok, Minggu (4/8/2019).

Dia menegaskan, hal tersebut merupakan awal dari terjadinya pemadaman di sistem Jawa barat, Banten dan DKI Jakarta. "Pada saat 11.45 detik ke 27 saat itu Jawa tengah normal, hanya Brebes saja, tapi Brebes sebenarnya masuk dalam sistem Jawa Barat," ujarnya.

Kemudian, pada pukul 11.48 WIB, Jabar, Banten dan DKI mengalami mati lampu. "Kami manajemen PLN memimpin langsung dan mengawal langsung proses recovery. Dari sini kita bisa memantau bagaimana pasokan listrik dari timur ke barat untuk mendukung pasokan," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Berjalan 4 Jam

Selama 4 jam gangguan terjadi, listrik di beberapa wilayah sudah dapat dipulihkan dan berfungsi kembali.

PLN berhasil mengoperasikan PLTA Saguling dan PLTA Cirata yang berfungsi sebagai penstabil daya dan tegangan sekaligus untuk mengirimkan pasokan listrik dari Timur ke Barat menuju PLTU Suralaya melalui GITET (Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi) Cibinong, Depok, Gandul, Lengkong, Balaraja dan Suralaya agar dapat beroperasi secara bertahap mencapai kapasitas 2800 MW.

"Pukul 16.27 Alhamdulillah listrik dari Jatim masuk ke Saguling dan cireta. PLTA Cireta dan Saguling berfungsi sebagai menstabilkan aliran. Kita tunggu masuk ke Cibinong dan Depok, Alhamdulillah 16.27 pasokan masuk ke Gardu Gandul," ungkapnya.

Dari GITET (Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi) Gandul akan disalurkan ke PLTGU Muara Karang untuk memasok aliran listrik ke DKI Jakarta, diperkirakan bertahap hingga 3 jam untuk pulih secara keseluruhan.

"Fokus kami mengirim pasokan ke PLTGU Muara Karang dan PLTGU Priok agar sistem DKI - Jakarta segera pulih. Proses di Muara Karang ini PLTGU cepat sekali bisa masuk ke sistem, artinya bisa cepat, tapi perlu waktu untuk perjalanan, Mudah-mudahan sistem DKI Jakarta kalau baik dan lancar, kira kira 3 jam akan bisa pulih DKI Jakarta Dan Banten Jawa barat akan dipasok dari Suralaya, kemudian akan membebani Interbus Transformator (IBT) kemudian ke pelanggan," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Normalisasi Lebih Lama

Kendati demikian dia menyebutkan normalisasi layanan pada pelanggan akan memakan waktu lebih lama pasca recoovery tersebut. "Nah penormalan pelanggan memang masih lama, bisa 4-5 jam lagi. Mudah mudahan tidak lewat sampai pukul 00.00 ya. Kami berupaya seoptimal mungkin," ujarnya.

Dia mengungkapkan proses recovery juga terkendala jaringan komunikasi yang ikut terdampak oleh adanya pemadaman listrik tersebut.

"Ini jadi proses improvement, banyak hal yang harus kita improve, mana yang masih lemah dan sebagainya, kami serius menangani perbaikannya. Kami mohon dukungan rekan rekan semua, dan keikhlasan dari para pelanggan. Hari ini kita juga sulit berkomunikasi. Jadi kami mohon maaf," tutupnya.