Sukses

2 Hari IHSG Tertekan, Ini Analisa BEI

Setelah ditutup di zona merah pada sesi perdagangan Senin kemarin, IHSG kembali turun ke posisi 6.053,87 pada pembukaan Selasa (6/8/2019) hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak melemah dalam beberapa waktu terakhir ini. Setelah ditutup di zona merah pada sesi perdagangan Senin kemarin, IHSG kembali turun 119,98 poin atau 1,95 persen ke posisi 6.053,87 pada pembukaan Selasa (6/8/2019) hari ini.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Unit Pengembangan Produk Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan, pihaknya tak bisa berbuat banyak dan tetap menjalankan fungsi sebagai pengelola sarana jual-beli efek.

"Kita terus membuka keterbukaan informasi, kita terus jaga supaya perusahaan tercatat juga tepat waktu menyampaikan keterbukaan informasi. Sehingga investor tidak ada ketinggalan informasi nih, kita jaga itu agar tepat waktu," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (6/8/2019).

Lebih lanjut, ia juga menyebutkan, Bursa Efek Indonesia pada sisa tahun ini akan banyak melakukan terobosan-terobosan seperti merilis indeks dan produk derivatif baru untuk meningkatkan likuiditas di pasar.

Secara proyeksi, Kautsar mengaku belum bisa berbicara lebih banyak kapan pergerakan IHSG akan kembali menghijau. Namun, ia percaya aktivitas perdagangan saham ke depan akan kembali normal.

"Kalau bursa sih melihatnya kalau turun dia pasti bakal balik lagi ke normal. Sekarang kan enggak ada apa-apa, toh laporan keuangan juga enggak jelek-jelek banget," sebut dia.

Dia juga menyatakan, melemahnya IHSG belakangan ini memang berpengaruh terhadap gerak jual-beli saham oleh investor. Tapi ia mengimbau kepada investor kecil untuk tak gentar melakukan aksi pembelian saat pasar saham melemah.

"Kan biasanya pergerakan indeks itu sama investor besar ya, investor kecilnya juga ngikut. Cuman pada saat turun ini harusnya investor kecil malah time to buy, jadi jangan takut pada saat indeksnya turun lagi, toh di luar juga enggak ada isu macem-macem kan. jadi memang saatnya bisa time to buy aja sih investor ritel," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Investor Asing Jual Saham Hampir Rp 2 Triliun, IHSG Ditutup Turun 56,23 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa ini. Dari 10 sektor pembentuk IHSG, seluruhnya sebagian besar melemah.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (6/8/2019), IHSG melemah 56,23 poin atau 0,91 persen ke level 6.119,47. Indeks saham LQ45 juga merosot 1,54 persen ke posisi 960,75.

Sebanyak 207 saham di melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 121 saham menguat dan 128 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 548.686 kali dengan volume perdagangan 16,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun.

Investor asing jual saham Rp 1,94 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.265.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, seluruhnya sebagian besar melemah. Pelemahan tersebut dipimpin oleh sektor aneka industri yang turun 2,26 persen, diikuti sektor keuangan turun 1,90 persen, dan sektor perdagangan turun 1,28 persen.

Saham-saham yang melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah antara lain MLPT turun 25 persen ke Rp 525 per saham, YPAS merosot 23,81 persen ke Rp 352 per saham dan OASA turun 12,23 persen ke Rp 244 per saham.

Sementara saham-saham yang menguat antara lain SDRA yang naik 24,62 persen ke Rp 810 per saham, APEX naik 15 persen ke Rp 690 per saham dan FIRE naik 14,29 persen ke Rp 2.400 per saham.  

3 dari 3 halaman

Tekanan Internal dan Eksternal

Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, kecemasan perang dagang AS dan China masih membayangi dan menjadi sentimen negatif bagi IHSG. "Apalagi data ekonomi Indonesia di bawah ekspektasi. Ini dapat memicu IHSG kembali terkoreksi," ujar Alfiansyah.

Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang akan menerapkan bea masuk sebesar 10 persen terhadap barang-barang impor China mulai 1 September 2019 mendatang, dinilai akan berdampak kepada perekonomian global termasuk bagi perekonomian Indonesia.Â