Sukses

Para Taipan Rugi 265 Triliun Akibat Protes Hong Kong

Protes di Hong Kong telah memberi efek ke para taipan di sana.

Liputan6.com, Hong Kong - Protes Hong Kong demi melawan pengaruh China membuat para taipan harus bersabar. Protes pro-demokrasi yang sudah berjalan sembilan minggu ini membuat para miliarder rugi USD 18,6 miliar atau Rp 265 triliun (USD 1 = 14.265).

Menurut laporan Bloomberg, kekayaan 10 taipan terkaya di Hong Kong menurun karena nilai saham perusahaan mereka yang tergerus sejak 23 Juli lalu. Penyebabnya adalah gabungan krisis politik dan perang dagang yang terjadi.

Miliarder dermawan Li Ka-shing mengalami kerugian terbesar, yakni USD 2,7 miliar (Rp 38,5 triliun). Sementara itu CEO Tencent Ma Huateng kehilangan USD 1,6 miliar (Rp 22,8 triliun). Saham Tencent kebetulan didaftarkan di Bursa Efek Hong Kong.

Krisis politik Hong Kong yang belum menemukan jalan terang membuat luntur daya tarik Hong Kong sebagai kota keuangan dan perdagangan dunia. Sektor turisme dan ritel juga sudah kena dampak. Beberapa pendemo pun sampai menduduki bandara hingga mengganggu penerbangan.

Protes awalnya berlangsung damai, tetapi ternyata terus berlanjut dan belakangan sudah mulai melibatkan kekerasan fisik yang melibatkan pendemo, aparat, dan oknum sipil yang melawan pendemo. Para PNS pun sampai ikut turun ke jalan untuk protes.

"Situasi sudah tereskalasi ke wilayah yang tak bisa jelaskan (unknown territory), jadi sekarang para investor mengambil pendekatan wait-and-see. Masih agak sulit melihat ke mana arahnya hal ini," ujar Shaun tan, analis UOB Kay Hian.

Para pendemo pro-demokrasi sebetulnya berhasil menyetop RUU Ekstradisi yang dianggap membahayakan. Kini mereka menuntut agar Kepala Eksekutif Carrie Lam untuk mundur sebagai pemimpin Hong Kong karena dianggap sebagai boneka pemerintahan China.

Selengkapnya, berikut 10 taipan yang hartanya menurun karena protes besar di Hong Kong:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Penurunan Kekayaan 10 Taipan

Daftar 10 taipan terkaya di yang kekayaannya menurun akibat protes masif di Hong Kong, berikut daftar kerugian mereka sepeti dikutip Bloomberg:

1. Ma Huateng: USD 1,6 miliar (Rp 22,8 triliun)

2. Li Ka-Shing: USD 2,7 miliar (Rp 38,5 triliun)

3. Hui Ka Yan: USD 1,9 miliar (Rp 27,1 triliun)

4. Lee Shau Kee: USD 2,4 miliar (Rp 34,2 triliun)

5. Yang Huiyan: USD 2 miliar (Rp 28,5 triliun)

6. Henry Cheng: USD 2,2 miliar (Rp 31,3 triliun)

7. Lui Che-Woo: USD 2 miliar (Rp 28,5 triliun)

8. Zhang Zhidong: USD 800 juta (Rp 11,4 triliun)

9. Raymond Kwok: USD 1,3 miliar (Rp 18,5 triliun)

10. Peter Woo: USD 1,7 miliar (Rp 24,2 triliun)

 

3 dari 3 halaman

Orang Kaya Siap Kabur dari Hong Kong karena Kerusuhan

RUU Ekstradisi Hong Kong memberikan efek kerusuhan yang tak kunjung usai. Meski pemerintahan Carrie Lam sudah membatalkan RUU yang berpotensi menjadi pasal karet itu, masih ada resistensi kuat di kalangan masyarakat.

RUU tersebut mendapat penentangan luas di Hong Kong karena dianggap membahayakan, yakni dapat mengekstradisi seseorang ke China untuk diadili. Jutaan orang turun ke jalan untuk menolak RUU itu, dan pemerintah Hong Kong akhirnya menyebut RUU itu sudah mati. 

Efek kerusuhan ini juga berimbas pada bisnis dan orang kaya di Hong Kong. Para orang berada mulai was-was dan mencari negara lain untuk menyimpan kekayaan mereka.

Sebelumnya Bloomberg melaporkan para pengelola kekayaan di Hong Kong mulai kebanjiran pertanyaan dari investor mengenai cara relokasi kekayaan. Kebanyakan orang super kayak pun ternyata sudah punya destinasi untuk mengamankan kekayaan mereka.

"Bahkan bagi mereka yang berpikir protesnya akan berakhir, akan mereda, mereka mulai membahas perubahan yang sedang terjadi, bagaimana kami bersiap?" ujar Clifford Ng, managing partner di Zhong Lun Law Firm di Hong Kong.

Sementara itu, para pengelola mal juga merasakan imbas kerusuhan yang terjadi. Awal pekan ini, polisi dan pendemo bentrok di mall di Hong Kong. Pihak pendemo pun mengancam memboikot pengelola mall yang dituding pro-polisi.

Sun Hung Kai Properties (SHKP) selaku pemilik mall mengaku kepolisian Hong Kong sudah mendapat izin pengadilan untuk menyisir area. Pihak mall pun mengaku tak punya pilihan selain tunduk.

"(SHKP) sangat menyesalkan insiden itu menimbulkan sejumlah luka-luka di mall perbelanjaan, juga mengakibatkan ketidaknyamanan ke pelanggan, pengunjung, dan tenant," ujar pihak perusahaan.