Liputan6.com, Washington D.C. - Sebuah survei dari Harris Polls dan Lego menemukan sepertiga anak-anak berusia 8 sampai 12 tahun memiliki cita-cita ingin berkarier sebagai vlogger atau YouTuber. Perkembangan teknologi pun membuat anak-anak lebih tertarik menekuni pekerjaan tersebut ketimbang bekerja sambilan.
Dilaporkan CNBC, survei dilaksanakan di tiga negara: Amerika Serikat (AS), China, dan Britania Raya. Di antara tiga negara itu, anak-anak dari China lebih sedikit ingin menjadi vlogger atau YouTuber.
Advertisement
Baca Juga
Dari 1.000 anak yang disurvei, ada 29 persen anak-anak AS ingin mendulang uang lewat vlogging. Anak-anak dari Britania Raya memberi jawaban serupa: 30 persen ingin menjadi YouTuber. Terakhir, hanya ada 18 persen anak kecil yang ingin memilih karier sebagai vlogger.
Pada tahun 2017, perusahaan travel asal Britania Raya pernah mengadakan survei serupa dengan total 1.000 anak kecil berusia 7 sampai 17 tahun ingin menjadi vlogger, blogger, atau YouTuber. Pakar menyebut ini tak terlepas dari eksposur dari pekerjaan tersebut kepada para anak-anak.
"(Anak-anak) lebih terekspos kepada influencer YouTuber pada zaman sekarang," ujar Katherine Chen, associate professor bidang sosiologi di City College of New York.
Pam Moore, pakar media sosial dan CEO Marketing Nutz, turut mengatakan bahwa pengaruh influencer terhadap anak lebih besar ketimbang guru. Ia bahkan mencotohkan bahwa dia tidak pernah mendengar anaknya mengutip ucapan gurunya.
"Sekolah-sekolah zaman sekarang amatlah penuh sehingga para penghuninya tak bisa saling berhubungan. Jadi kamu melihat para influencer besar di industri ini yang memberikan berbagai ide ke para anak-anak," ujarnya.
Bisnis influencer dan YouTuber memang bisa mendulang uang dengan mudah, atau mendapatkan produk gratis dengan dalih memberikan sponsor. Baru-baru ini, YouTuber cilik asal Korea bernama Boram bahkan berhasil menghasilkan jutaan dolar karena konten-kontennya di media sosial.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Youtuber Berusia 6 Tahun Beli Rumah Rp 112 Miliar untuk Orang Tua
YouTuber berusia enam tahun asal Korea Selatan dikabarkan membeli rumah seharga 9,5 miliar won atau Rp 112,8 miliar (1 won = Rp 11,8). Rumah berlantai lima itu berada di kawasan Gangnam yang merupakan lokasi premium di Seoul.
Dilansir dari Business Insider, gadis bernama Boram itu memiliki 30 juta subscriber di kanal YouTube miliknya. Ia terkenal di dua kanalnya karena me-review mainan dan menampilkan kegiatan menarik ala petualangan.
Boram TV Vlog memiliki 17 juta subscriber dan Boram Tube ToysReview punya 13 juta subscriber. Orang tua Boram mendirikan Boram Family Company untuk mengurus karier putri mereka.
Salah satu video YouTuber cilik itu yang berisi nyanyian anak ditonton 7,3 juta kali dalam waktu seminggu. Video lainnya yang memasak mie instan sudah ditonton 379 juta kali.
Di samping mendapat uang dari iklan, Youtuber cilik itu juga mendapat uang dari perusahaan sponsor. Ini mirip dengan RyanToysReview yang menampilkan bocah berusia tujuh tahun bernama Ryan Kaji dan meraup USD 22 juta tahun lalu.
Meski Youtuber cilik semakin banyak, sebetulnya YouTube adalah platform untuk usia 12 tahun ke atas.
Belakangan ini, YouTube sedang mempekertat konten anak-anak kecil. Kolom kompenter di video anak-anak juga sudah dihilangkan karena ada orang tak bertanggung jawab yang mengincar momen anak-anak itu saat bugil.
Advertisement
Kasus Kimi Hime
Tiga video milik YouTuber Kimi Hime sudah di-suspend oleh Kemkominfo karena dianggap melanggar norma kesusilaan.
Hal ini membuat Kemkominfo mengingatkan kepada pembuat konten lainnya untuk berhati-hati saat mengunggah konten ke internet.
Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo, Ferdinandus Setu, berpesan agar para pembuat konten tidak hanya mengejar jumlah views dengan menghadirkan konten yang mengarah ke asusila.
"Para YouTubers dan gamers, kami dorong penuh menggunakan media sosial untuk berkembang biak, karena YouTuber banyak mendapatkan uang dari konten-konten mereka. Namun kami harapkan mereka jangan clickbait, menghadirkan konten yang mengarah ke muatan asusila," kata pria yang karib disapa Nando di Jakarta, Rabu, 24 Juli 2019.
Ia mencontohkan, Kimi Hime memang tidak menayangkan ketelanjangan dalam videonya, namun aksi gerakan, judul video, dan unggahan mengarah ke muatan kesusilaan.
Kemkominfo menyebut, pihaknya menyayangi dan menganggap pembuat konten merupakan aset Indonesia.
"Jangan sampai, gara-gara 1 atau dua konten, kemudian mereka tidak bisa berkreasi lagi. Kami tidak ingin seperti itu," tutur Nando.
Nando mengatakan, para pembuat konten dipersilakan untuk membuat konten apa pun, asalkan tetap memenuhi norma dan regulasi yang ada.
"Saya harapkan, pembuat konten menggunakan self-blocking atau setidaknya lakukan pemblokiran sendiri (atau pembatasan usia) supaya kami tidak melakukan pemblokiran (jika dinilai tidak sesuai dengan nilai kesusilaan) seperti kasus Kimi Hime," ujar Nando.Â