Sukses

5 Sektor Ini jadi Kunci Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Kelima sektor yang bisa dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu garmen, makanan, otomotif, elektronik dan alas kaki.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ada 5 sektor yang perlu digenjot Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi RI pada tahun 2024.

Selain melonggarkan kebijakan seperti pemangkasan suku bunga acuan, Pemerintah dinilai masih banyak memiliki pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk memanfaatkan momentum bonus demografi.

"Prospek ekonomi ada 5 sektor yang bisa dorong transformasi ekonomi. Garmen, food, otomotif, elektronik dan foorwear (alas kaki). Kalau kita keroyokin ini bisa hasilkan devisa, dorong pertumbuhan ekonomi dan tingkatkan permintaan," tuturnya di Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Perry melanjutkan, Pemerintah terus mengupayakan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kebijakan dan instrumen keuangan hingga struktural.

"Misal dengan tourism. Kita dorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan," ujarnya.

Oleh sebab itu, pihaknya yakin kedepan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus meningkat tembus 6 persen.

"Tahun ini memang masih di bawah 5,2 persen, tapi within the next 5 year kita bisa tembus 6 persen," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Perang Dagang Bikin Pertumbuhan Ekonomi Makin Berat

Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen pada kuartal II 2019. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tantangan perekonomian Indonesia ke depan tidak mudah. Lantaran, tak hanya Indonesia saja yang tercatat mengalami perlambatan kinerja perekonomian, beberapa negara lain yang telah merilis data pertumbuhan ekonomi pun mengalami hal serupa.   

"Tantangan ke depan enggak gampang. Kalau dilihat pertumbuhan ekonomi negara-negara lain yang sudah rilis menunjukkan perlambatan. Pekan depan banyak sekali negara yang akan rilis dan prediksinya juga mengalami perlambatan," ujarnya di Jakarta, Senin (5/8/2019).

Dia merinci, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China yang merupakan negara tujuan ekspor utama mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,7 persen di kuartal II 2019 menjadi 6,2 persen di kuartal II 2018.

Adapun untuk Amerika Serikat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 3,2 persen di kuartal II 2018 jadi 2,3 persen di kuartal II 2019.

"Demikian juga dengan Singapura yang turun tajam dari 4,2 persen di kuartal II 2019 menjadi hanya 0,1 persen di kuartal II 2019," ujar Suhariyanto.

3 dari 3 halaman

Melihat Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN, Indonesia Peringkat Berapa?

Pertumbuhan ekonomi dunia sedang mengalami disrupsi akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Perang dagang yang belum kunjung usai memberikan efek domino ke berbagai negara.

Bagi wilayah ASEAN, perang dagang memberikan tantangan dan peluang. Tantangan muncul karena ekonomi dunia yang melambat, sementara peluang hadir untuk meningkatkan sektor manufaktur karena ASEAN dinilai sebagai alternatif bisnis selain China.

Menurut laporan The Economist, pertumbuhan ekonomi di ASEAN melambat tetapi masih dalam taraf baik. Pertumbuhan Indonesia pun diprediksi tetap di kisaran 5,2 persen tahun ini.

Berikut daftar selengkapnya:

1. Myanmar: 7,1 persen

2. Vietnam: 6,9 persen

3. Laos: 6,8 persen

4. Kamboja: 6,5 persen

5. Filipina: 5,7 persen

6. Indonesia: 5,2 persen

7. Thailand: 3,5 persen

8. Malaysia: 4,5 persen

9. Singapura: 1,6 persen

10. Brunei: 0,5 persen

Myanmar, meski sedang disorot karena kasus Rohingya, memiliki pertumbuhan tertinggi di ASEAN. Bank Dunia menyebut ekonomi Myanmar tumbuh berkat kuatnya manufaktur (garmen), pengeluaran infrastruktur, dan liberalisasi sektor ritel, asuransi, dan perbankan.

Pertumbuhan Indonesia tercatat lebih tinggi daripada Malaysia yang ekonominya terpantau lesu di era Mahathir. Namun, tak ada perubahan dari ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun lalu.

Singapura dan Brunei memiliki pertumbuhan ekonomi terendah, tetapi sebetulnya pertumbuhan Brunei naik 0,4 persen. Pertumbuhan 0,4 persen adalah yang tertinggi di ASEAN.

Ekonomi Thailand juga tercatat minus 0,6 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar 4,1 persen, dan terakhir pertumbuhan Filipina juga menurun 0,5 persen dari tahun lalu yang sebesar 6,2 persen.Â