Sukses

Pertumbuhan Agen Asuransi Topang Kinerja Cigna

Pada 2018, pendapatan premi bruto Cigna dari kanal distribusi keagenan sebesar Rp 93,87 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asuransi jiwa PT Cigna Asuransi Indonesia (Cigna Indonesia) optimis mampu mencetak pertumbuhan signifikan untuk kanal distribusi keagenan sepanjang tahun ini. Hal itu didukung semakin masifnya layanan digital serta penetrasi para flying agent Cigna ke berbagai daerah di pelosok Tanah Air.

Hal tersebut diungkapkan Director and Chief Distribution Officer Cigna Indonesia Dini Maharani seusai acara Top Agent Award 2018 Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Solo, Jawa Tengah, Sabtu, kemarin.

“Kami optimistis hingga akhir tahun nanti pertumbuhan keagenan (asuransi) mencapai 40 persen. Makanya, kami yakin peringkat kami di AAJI akan terus meningkat,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (11/8/2019).

Berdasarkan catatan, tahun lalu, pendapatan premi bruto Cigna dari kanal distribusi keagenan sebesar Rp 93,87 miliar. Cigna meraih rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya di kanal distribusi ini sebesar 57,05 persen. Tahun 2017, pendapatan premi bruto atau total Gross Written Premium (GWP) keagenan sebesar Rp 75,48 miliar dan tahun 2016 senilai Rp 39,73 miliar.

Kontribusi dari kanal keagenan asuransi terhadap GWP Cigna sebesar mencapai 8,2 persen, padahal dua tahun sebelumnya baru 3 persen. Pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan premi bruto dari keagenan mencapai Rp 19,53 miliar.

Selain itu, pada 2018, Cigna meraih pendapatan premi bruto atau GWP dari kanal distribusi telemarketing sebesar Rp 713,14 miliar atau memberi kontribusi 62,1 persen dari total GWP Cigna yang mencapai Rp 1,14 triliun. Pada kuartal pertama 2019, GWP dari telemarketing mencapai Rp 169,75 miliar.

Menurut Dini, dengan flying agent, pihaknya tidak perlu memiliki banyak kantor, dan itu mengurangi pengeluaran bagi perusahaan, Sepanjang tahun ini, pihaknya sama sekali tidak ekspansi untuk penambahan jaringan kantor karena fokus pada pengembatan platform digital.

“Tapi tahun depan kami akan buka satu atau dua kantor sebagai branding Cigna,” ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Kanal Distribusi Keagenan

Dini menjelaskan, tahun lalu Cigna meraih peringkat ke-22 di ranking AAJI, atau naik dari 2017 yang di posisi ke-25. Pencapaian itu ikut didongkrak kenaikan pendapatan premi dari keagenan. Cigna memulai kanal distribusi keagenan sejak 2015 untuk melengkapi kanal distribusi telemarketing dan kanal distribusi affinity marketing (mitra institusi keuangan dan nonkeuangan).

Menurut Dini, kontribusi dari kanal ini meningkat tajam setelah pada awal 2017 Cigna memperkuat agen-agennya dengan aplikasi digital yang dikenal dengan e-apps. Inovasi layanan aplikasi digital ini memang diluncurkan untuk mendukung pertumbuhan bisnis keagenan. Dengan sistem terintegrasi, aplikasi elektronik e-apps ini akan meningkatkan efisiensi dan profesionalitas para agen, sehingga akses nasabah untuk memperoleh asuransi Cigna Indonesia semakin cepat dan mudah.

Dini menjelaskan, aplikasi digital itu didesain untuk membantu agen mengenali dan menganalisa kebutuhan finansial nasabah. Agen bisa memberikan rekomendasi produk asuransi yang sesuai tujuan keuangan nasabah. Nasabah dapat mengetahui ilustrasi produk yang akan mereka beli, termasuk jumlah premi, dan benefit yang akan mereka peroleh.

Selain itu, pengajuan asuransi juga dapat dilakukan lewat aplikasi yang terintegrasi dengan sistem Cigna Indonesia. Lewat e-apps itu, proses pengajuan asuransi menjadi sangat cepat. Agen bisa menjual produk Cigna di mana saja dan kapan saja.

“Tidak ada lagi hard copy di mana agen bolak-balik ke kantor pusat. Lewat e-apps, pengajuan langsung ditandatangani lewat tablet agen dan langsung terkirim ke kantor pusat untuk under writingnya,” papar dia.

Saat ini dari 500 agen yang dimiliki Cigna, hampir seluruhnya telah menggunakan e-apps untuk melayani nasabah. Ia melanjutkan, layanan e-apps itu juga sangat menolong para flying agent yang menjadi agen spesial Cigna.

"Mereka bisa menjangkau daerah-daerah lain dengan cepat. Dari puluhan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, saat ini baru Cigna yang serius mengelola dan memiliki flying agent," pungkas Dini.

 

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Jumlah Agen Asuransi Jiwa Melambat

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat jumlah agen asuransijiwa yang berlisensi hanya 0,4 persen. Angka ini tumbuh melambat dibandingkan periode-periode sebelumnya.

Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon mengungkapkan pada kuartal I 2019 jumlah agen asuransi tercatat 595.192 orang atau tumbuh 0,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebanyak 592.913 orang.

Kendati demikian dia mengaku tidak mengetahui persis penyebab terjadinya penurunan tersebut.

"Penurunan jumlah agen itu penyebabnya banyak. Kan tiap perusahaan punya catatan masing-masing yang tidak disampaikan ke AAJI," kata Budi dalam konferensi pers di Rumah AAJI, Jakarta, Selasa (23/7/2019). 

Ditemui di tempat yang sama, Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu mengakui adanya perlambatan jumlah agen. Hal ini lantaran banyak perusahaan yang fokus pada produksi untuk mencari nasabah.

"Jadi agen lama dikasih target untuk kejar premi, tapi mereka tidak buka rekrutmen baru. Atau tidak lewat agency," kata dia.

Menurut Togar, perkembangan teknologi yakni penjualan asuransi melalui channel digital seperti financial technology (fintech) tidak menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah agen.

Pasalnya dalam memasarkan asuransi, calon nasabah tetap harus berinteraksi dengan agen agar bisa mendapatkan informasi yang jelas.

4 dari 4 halaman

Syarat Menjadi Agen Asuransi Cukup Mudah

Sementara itu, dia menjelaskan saat ini aturan untuk menjadi agen asuransi yang berlisensi cukup mudah. Salah satunya adalah harus terdaftar di perusahaan asuransi yang merupakan anggota dari asosiasi.

"Yang penting agennya itu mau bergabung di perusahaan asuransi dulu. jadi gak bisa langsung daftar ke kita. Harus masuk misalnya join di PT asuransi jiwa A baru kemudian PT Asuransi jiwa A itu mendaftarkan orang itu ke AAJI.

Dia mengungkapkan, tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang agen asuransi. Sebab profesi tersebut belum menjadi pekerjaan yang diimpikan banyak orang.

"Gak ada persyaratan pendidikan gak ada. Sejauh ini kita belum lakukan, mengapa ? karena menjadi agen asuransi itu belum menjadi cita - cita kan. Kalau kita kumpulin 1000 anak - anak tanyain satu satu, ada gak yang cita citanya jadi agen asuransi ? Mudah - mudahan ke depan ini (profesi agen asuransi) semakin dikenal semakin punya prestige," tutupnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com