Sukses

Industri Manufaktur Bisa Bawa RI Keluar dari Jebakan Kelas Menengah

Sektor manufaktur dinilai sangat strategis untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor manufaktur sangat strategis untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan. Sehingga Indonesia dapat terlepas dari middle income trap (jebakan kelas menengah) dan kemudian bertransformasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi (high income country).

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyebutkan pertumbuhan sektor manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi, namun juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi. yaitu tingkat pendapatan di atas USD 12.000 per kapita (dari tingkat saat ini USD 900 per tahun), diperlukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.

"Pertumbuhan yang lebih tinggi diperlukan untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah. Sayangnya upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selalu disertai dengan peningkatan defisit transaksi berjalan (CAD)," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8).

Menurutnya, kondisi ini membuat pertumbuhan yang lebih tinggi tidak berkelanjutan karena stabilisasi yang ditujukan pada kerentanan eksternal dapat kembali menghambat pertumbuhan ekonomi.

Karenanya. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan membutuhkan struktur neraca transaksi berjalan yang lebih kuat sebagai bagian dari transformasi ekonomi struktural.

"Struktur neraca berjalan sangat berkorelasi dengan neraca perdagangan. Surplus transaksi berjalan biasanya didorong oleh surplus neraca perdagangan dan pangsa ekspor yang lebih tinggi dari sektor manufaktur," ujarnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Peran Industri Manufaktur

Untuk alasan ini, memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia harus menetapkan sektor manufaktur yang lebih baik. Hal ini tercermin pada angka ekspornya.

"Sebagai tambahan, sektor manufaktur yang lebih kuat tidak hanya mesin utama pertumbuhan ekonomi cepat tetapi juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi," jelasnya.

Dalam kesempatan serupa, Profesor Sir Mike Gregory dari University of Cambridge, menyampaikan bahwa pengembangan manufaktur perlu dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan end-to-end.

"Dan Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan itu," ujarnya.

Selanjutnya, Raden Edi Prio Pambudi dari Kemenko Perekonomian, menyampaikan perlunya sinergi dan sinkronisasi antar pemangku kebijakan dalam menyusun strategi kebijakan penguatan industri manufaktur.

"Melalui picking the winner sektor prioritas, perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta perbaikan SDM," tutupnya.

 

3 dari 3 halaman

Jurus Jokowi dan Prabowo agar Indonesia Lepas Jebakan Kelas Menengah

Indonesia saat ini tengah berada dalam zona Middle Income Trap atau jebakan penghasilan kelas menengah. Pemerintah harus mencari resep manjur reindustrialisasi untuk keluar dari zona tersebut dan menyusul negara tetangga, yaitu Malaysia dan Thailand, yang telah lebih dahulu keluar dari Middle Income Trap.

Seperti diketahui, stagnasi industri dialami Indonesia sejak krisis keuangan di 1998. Salah satunya dipicu turunnya kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga di kisaran 20 persen pada 2018.

Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Rama Pratama, menyebut Jokowi-Maruf akan mengubah orientasi industri dari semula berbasis sumber daya alam atau labor and natural resources menjadi berbasis modal dan keahlian.

"Industri harus mulai bergeser dari berbasis SDA kepada berbasis modal keahlian kalau kita mau lepas dari Middle Income Trap," kata dia dalam sebuah acara diskusi di UI Salemba, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Selain itu, dia juga menegaskan pemerintah akan memaksimalkan potensi pasar dalam negeri atau pasar domestik. Itu supaya hasil produksi dalam negeri bisa diserap dan memenuhi permintaan domestik, sehingga neraca perdagangan tidak akan bergantung pada ekspor.

"Kemudian yang kedua juga ternyata di negara-negara yang bisa lepas dari Middle Income Trapbahwa mereka sudah mulai melihat domestic market more important daripada ekspor market," ujarnya.

Namun hal tersebut juga tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah harus membuka dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru.

"Misalnya yang saat ini tengah dilakukan pemerintah yaitu sektor pariwisata," ujarnya.