Sukses

Menko Luhut Waspadai Dampak Perang Dagang Terhadap Rupiah

Imbas dari perang dagang tersebut, mata uang China yaitu Yuan saat ini sedang devaluasi dan akan berdampak pada rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia harus mewaspadai dampak perang dagang. Pasalnya, hingga saat ini Amerika Serikat (AS) dan China tidak menunjukan tanda-tanda mufakat.

Menko Luhut mengungkapkan jika AS dan China masih saling serang dengan terus menaikkan tarif bea masuk impor maka dipastikan perang dagang akan semakin panjang.

"Kalau itu terjadi, betul-betul perang," kata Menko Luhut, di JCC Jakarta, Selasa (13/8).

Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melakukan serangan perang dagangnya. Kali ini dia kembali mengenakan tarif impor tambahan sebesar 10 persen terhadap barang asal China senilai USD 300 miliar per 1 September mendatang.

Menko Luhut mengungkapkan, imbas dari perang dagang tersebut saat ini sudah terlihat. Mata uang China yaitu Yuan saat ini sedang devaluasi.

Dampak devaluasi Yuan tersebut meluas yaitu melemahkan nilai tukar mata uang emerging market atau negara berkembang termasuk Indonesia.

"Ini juga yang kita waspadai kalau sampai bertempur sampai pemiilhan Presiden AS, apa yang terjadi? Itu pelemahan Yuan sudah pengaruhi rupiah ke 14.200," ujarnya.

Kendati demikian dia menegaskan ekonomi Indonesia terhitung paling kuat menghadapi tekanan eksternal dari perang dagang tersebut.

"Tapi Indonesia masih maju terbaik. Kita (pertumbuhan ekonomi) 5 persen hebat sekali," tutupnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Perang Dagang Tekan Rupiah hingga 14.359 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tajam pada perdagangan Selasa ini. Ketegangan perdagangan antara AS dan China yang kembali meningkat direspons negatif oleh pasar.

Mengutip Bloomberg, Selasa (6/8/2019), rupiah dibuka di angka 14.330 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.255 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.307 per dolar AS hingga 14.359 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 0,49 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.344 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.231 per dolar AS.

Rupiah terus bergerak melemah dipicu meningkatnya tensi perang dagang Amerika Serikat dan China. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, ketegangan perdagangan antara AS dan China yang kembali meningkat direspons negatif oleh pasar.

"Pelaku pasar global bereaksi negatif terhadap ketegangan yang meningkat ini dan melihat "trade war" AS-China ini masih sebagai risiko global," ujar Lana dikutip dari Antara.

Ketegangan perdagangan antara AS-China meningkat setelah China membalas ancaman pengenaan tarif oleh AS sebesar 10 persen terhadap barang impor China senilai 300 miliar dolar AS, yang efektif pada 1 September 2019.

China membiarkan yuan melemah menembus 7 yuan per dolar AS dan meminta perusahaan China untuk menunda impor produk pertanian dari AS.

"Potensi penguatan rupiah sangat tergantung pada pergerakan mata uang yuan terhadap dolar AS. Jika China yuan masih melemah kemungkinan rupiah akan berlanjut melemah menuju 14.300 per dolar AS," kata Lana. 2 dari 3 halaman

3 dari 3 halaman

Rupiah Tertekan, BI Langsung Intervensi

Bank Indonesia (BI) memastikan sudah melakukan tiga intervensi (triple intervention) di pasar spot, pasar obligasi dan Domestik Non-Deliverable Forward (DNDF/pasar berjangka valas) pada Jumat ini untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Untuk diketahui, rupiah mengalami tekanan cukup dalam setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait penaikkan kembali tarif perdagangan dengan China.

"Kami sudah intervensi di spot, pasar obligasi dan DNDF," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat dihubungi Antara di Jakarta, pada Jumat lalu. 

Pernyataan Nanang tersebut menanggapi upaya Bank Sentral untuk mengantisipasi depresiasi rupiah pada perdagangan akhir pekan ini. Pada pembukaan pasar di Jumat, nilai tukar rupiah di pasar spot bergerak melemah hingga 91 poin atau 0,65 persen menjadi 14.209 per dolar AS.

Di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah tertekan hingga 14.203 per dolar AS atau level terlemah sejak 20 Juni 2019.

Nanang menyebutkan pelemahan rupiah ini hanya sementara karena sentimen pelaku pasar menyikapi pernyataan Presiden Trump.

"Depresiasi timbul di pasar tapi ini hanya sementara, ' setelah rencana Trump memberlakukan tarif baru dalam perdagangan dengan China," tambahnya.Â