Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) mencatatkan kontribusi kepada Rp 2,7 triliun ke peneriman negara bukan pajak (PNBP). Sedangkan aset yang dikelola LMAN hingga kini telah mencapai Rp 29,18 triliun.
Direktur Utama LMAN, Rahayu Puspasari mengatakan kinerja tersebut tercatat hingga 9 Agustus kemarin.
"Kinerja LMAN, per 9 Agustus 2019, PNBP sudah hasilkan Rp 2,7 triliun dari sisi manfaat sosial," kata dia, di Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Jakarta, Rabu (14/8).
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan perolehan tersebut berasal dari semua aset yang dikelola LMAN sejak awal berdiri 4 tahun lalu. Adapun aset yang dikelola terdiri dari aset bangunan hingga tunai.
"Jadi sisi aset optimalkan untuk kepentingan yang relevan jadi rumah sakit dan sekolah yang manfaatnya Rp 428 miliar, aset lain untuk perkantoran atau digunakan sebagai kantor sampai dengan hari ini sampai dengan Rp 99,8 miliar," ujarnya.
Dia mengungkapkan aset yang dikelola LMAN paling besar berasal dari sektor minyak dan gas (migas) yakni LNG Plant di Bontang yang menghasilkan 497 juta mmbtu untuk mendorong eskpor dan ketahanan energi.
"Perlu dilihat dari perspektif optimaliasi aset negara menghasilkan PNBP memang harus dimonetisasi," dia menambahkan.
Selain itu, Puspa optimis bahwa aset pengelolaan LMAN akan semakin berkembang dan akan terus memberikan sumbangan kepada pendapatan negara melalui PNBP.
"Tahun ini pendapatanya oke, PNBP dari kelola aset oleh LMAN itu oke. Kami punya ambisi bahwa pemerintah bisa dapatkan tambahan pendapatan dari pengelolaan aset ke PNBP," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jurus LMAN agar Kawasan Ekonomi Khusus Tak Jadi Kota Hantu
Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) tengah bergerak agar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tidak berakhir menjadi "kota hantu" bila sumber dayanya telah habis.
Fenomena "kota hantu" ini dapat terjadi di lokasi industri di berbagai negara ketika sumber daya sebuah daerah habis sehingga industri dan penduduknya pergi secara massal.
Demi mencegah itu, Direktur Utara LMAN, Rahayu Puspasari mulai berusaha agar muncul nilai-nilai tambah di suatu kawasan ekonomi agar memiliki pertumbuhan berkelanjutan. Kini, LMAN fokus pada KEK Arun Lhokseumawe (KEKAL) dan kawasan Bontang.Â
"Arun ini sebenarnya, bukan telat, tetapi sempat sepi ekonominya, sudah decline, tapi dibangkitkan," ujar Rahayu, Jumat (1/2/2019) di Jakarta. Â
LMAN memiliki aset sebesar Rp 6 triliun di KEKAL, termasuk Kilang Arun seluas 1.840 HA. Akan tetapi, KEKAL saat ini fokus pada regasifikasi bersama Pertagas karena sumber daya gasnya sudah menipis. Selain itu, banyak fasilitas di sana yang underutilized, padahal dulunya area itu mirip Hong Kong.
Dalam area perumahan karyawan, misalnya, di 1.088 rumah tetapi belum semuanya terisi. Pada plant site seluas 668,09 hektar juga belum digunakan secara optimal, bahkan masih ada lahan kosong untuk dibangun pembangkit listrik dan kilang.
Fasilitas masyarakat dan industri pun sudah mumpuni, terdapat condensate tank, power generator, turbin gas, LNG Jetty, LPG tank, dan sudah ada lapangan golf, stadion, danau rekreasi, gedung asrama, dan club house.
Inilah yang berusaha dioptimalkan kembali oleh LMAN bersama pemangku kepentingan yang terdiri atas BUMN, Pemda, serta PT Patriot Nusantara Aceh (PATNA) selaku pengembang dan pengelola KEKAL agar kawasan ekonomi khusus kembali hidup.
Advertisement
Tak Ingin KEK Bontang Bernasib Sama
Berbagai gagasan muncul seperti membangun refinery, biofuel, hingga menjadikan KEKAL sebagai lokasi fuel storage. Rahayu menyebut ide tersebut feasible karena lokasi strategis KEKAL.
LMAN pun tidak ingin KEK Bontang bernasib sama. Meski saat ini daerah masih dapat bergantung pada gas, tetapi LMAN selaku perwakilan pemerintah di Bontang mulai melakukan persiapan sebelum SDA di sana habis.Â
"Kalau Bontang masih bagus, kita enggak mau itu turun, jadi dari sekarang dipersiapkan. Decline itu kapan? 30 tahun lagi tapi persiapannya dari sekarang," ujar Rahayu.
Persiapan yang dimaksud adalah meningkatkan kemandirian bisnis masyarakat, meski sekarang masih terlalu bergantung pada gas. Rahayu menyebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mendorong LMAN melakukannya.
"Sebenarnya Bu Menteri Keuangan sudah pesan, kalau melihat sesuatu itu lihat manfaat ekonominya dan lihat jangka panjang. Clue itu sudah cukup bagi kita untuk kemudian kita berpikir agar mengelola aset jangan hanya berpikir revenue hari ini," tegas Rahayu.