Liputan6.com, Jakarta - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri membeberkan lima proyek pemerintah namun tak memberikan pendapatan atau revenue bagi negara. Menurutnya, kelima proyek ini hanya membuat pemborosan atau buang-buang uang negara.
Proyek pertama adalah LRT Palembang. Proyek ini dibangun pada Oktober 2015 dan selesai pada Juli 2018. LRT yang diklaim tercepat di dunia ini, menelan dana investasi sebesar Rp 10,9 triliun.
Advertisement
Baca Juga
"Apa itu bentuk-bentuk pemborosannya? Kelihatan ini pertama LRT di Palembang. Proyek triliunan hasilnya tidak ada. Asian Games habis, ya habis itu LRT. Bayar listrik Rp 9 miliar sebulan aja enggak bisa. Ngitungnya gimana itu proyek? Karena tidak ada tender itu, tunjuk. A bangun! Gitu," ujar Faisal di Kedai Tempo, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Proyek kedua adalah jalan layang atau flyover khusus transjakarta koridor XIII sepanjang 9,3 Kilometer (Km) jurusan Tendean-Ciledug. Secara total pembangunan jalan tersebut memakan dana sebesar Rp 2,5 triliun.
"Flyover Transjakarta koridor 13, Tendean-Ciledug. Cuma ada satu di dunia jalan khusus bus, yang nya datang tiap lima menit penumpangnya enggak sampai 20 orang. Di bawahnya macet semua. Ini lah cara kita membangun. Tapi ini tidak era Jokowi, Foke di perencanaannya," jelasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terminal 3
Kemudian, ada juga proyek kereta bandara Soekarno-Hatta yang menelan dana sebesar Rp 5 triliun termasuk pembebasan lahan serta konstruksi. Menghabiskan dana banyak, nyatanya proyek ini tak banyak mendatangkan pendapatan bagi negara.
"Airport railing. Temen-temen kalau lihat ada 6 gerbong, 1 gerbong nggak lebih dari 10 orang. Lihat stasiunnya di Dukuh Atas dan Soekarno-Hatta, Lengang. Dan dibangun memang nggak tahu tujuannya. Barangkali tahun 3000 baru terasa," jelasnya.
Dua proyek lainnya kata Faisal Basri adalah, Bandara Kertajati di Jawa Barat dan juga tol laut. Kedua proyek tersebut sama-sama menelan dana investasi lumayan besar tapi berkontribusi rendah kepada negara.
"Kemudian Kertajati, kita tahulah. Tol laut sudah tidak kedengaran nasibnya. Tapi pengadaan kapalnya sudah selesai. (Mantan Menteri Perhubungan) Jonan sudah senang deh pokoknya pengadaan kapalnya sudah. Kalau kita bangunnya gini terus, sementara kebutuhan naik, utangnya ya akan naik terus," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Tudingan Tak Benar
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi lantas memberi tanggapan, dan mengatakan bahwa proyek-proyek tersebut dibuat dengan tujuan untuk membangkitkan penggunaan angkutan massal, seperti Kereta Bandara Soekarno-Hatta.
"Kalau kereta bandara itu pada saat ada koneksi ke double-double track (DDT), dimana orang bisa point to point dari Depok dan tarifnya terjangkau, dia akan visible. Jadi memang proyek kereta bandara Jakarta itu agak terganggu karena pembebasan tanah DDT terlambat," tuturnya di Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Selain itu, ia menyebutkan, proyek LRT di Palembang yang digalakan untuk perhelatan Asian Games 2018 lalu merupakan suatu pola penerapan angkutan massal yang sengaja disubsidi oleh pemerintah.
"Harapannya apa? Supaya orang pindah, dari angkutan individu ke angkutan masal. Kalau itu akan efektif, maka secara ekonomi memang kita mensubsidi, tapi masyarakat dan pemerintah mendapatkan keuntungan lain dengan tidak macetnya satu daerah tertentu," ungkapnya.
Dia juga turut mengutip keberadaan Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, yang secara okupansi masih terkendala lantatan proyek jalan tol dari Bandung ke daerah tersebut belum rampung akibat masalah pembebasan lahan."Tapi sekarang ini konsisten, paling tidak ada 25 flight di sana. Jadi sekarang sudah konsisten dari 2 bulan ini, dengan juga adanya subsidi gratis Damri selama satu tahun," papar dia.
"Bandara Kertajati nanti akan penuh saat jalan tol tambahan yang dari Bekasi ke Karawang jadi. Maka orang-orang dari Bekasi akan cenderung ke sana daripada ke Jakarta," tandasnya.