Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat, impor dari China menuju Indonesia pada Juli 2019 sebesar USD 1,5 miliar. Komoditas utama impor tersebut adalah PC dan Laptop.
"Jenis barangnya hampir sama dengan bulan sebelumnya di sana komoditas utama adalah PC, Laptop," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Suhariyanto mengatakan, secara kumulatif dari Januari hingga Juli impor dari China mencapai USD 24,73 miliar. Angka tersebut hampir 30 persen dari seluruh impor yang masuk dari berbagai negara.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau kita lihat per negara, impor yang kenaikannya lumayan tinggi pada bulan Juli adalah dari China di mana di sana impornya naik jadi USD 1,5 miliar, dari Jepang impor kita juga naik," jelasnya.
Sementara itu, menurut data BPS negara pemasok barang ke Indonesia selain China adalah, Jepang USD 9,09 miliar atau sekitar 10,69 persen dan Thailand USD 5,46 miliar atau sebesar 6,42 persen. Impor nonmigas dari ASEAN 19,48 persen, sementara dari Uni Eropa 8,47 persen.
"Dari sisi peranan terhadap total impor nonmigas Januari-Juli 2019, sumbangan tertinggi diberikan oleh kelompok negara ASEAN sebesar 19,48 persen sebesar USD 16,5 miliar, diikuti oleh Uni Eropa 8,47 persen atau sekitar USD 7,2 miliar," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Juli 2019, Ekspor Indonesia Naik 31,02 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,45 miliar. Nilai ekspor tersebut naik sebesar 31,02 persen dibandingkan Juni 2019 namun turun sekitar 5,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Nilai ekspor kita adalah sebesar USD 15,45 miliar. Kalau kita bandingkan dengan posisi pada bulan Juni 2019 bulan yang lalu bisa dilihat bahwa kenaikannya signifikan naik sebesar 31,02 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/8/2019).Â
BACA JUGA
Suhariyanto mengatakan, sektor nonmigas menyumbang sekitar USD 13,84 miliar sedangkan sektor migas menyumbang sekitar USD 1,61 miliar. Kenaikan ekspor bulan Juli salah satunya disebabkan oleh masa kerja industri yang sudah mulai normal pasca adanya libur panjang Ramadan.
"Kita bisa memahami kenapa kenaikannya sangat signifikan karena pada bulan Juni itu merupakan Ramadan dan kita mempunyai libur panjang cuti bersama. Sampai dengan tanggal 9 sehingga hampir sepertiga hari kerja di bulan Juni itu hilang, yang sekarang situasinya kembali normal sehingga kenaikan nya jadi kenaikan ekspor Juli sebesar 31,02 persen," jelasnya.
Ekspor Indonesia, BPS mencatat masih dipengaruhi oleh berbagai situasi global termasuk perundingan perang dagang antara china dan Amerika Serikat. Perang dagang tidak hanya memperngaruhi ekspor Indonesia tetapi juga negara negara lain di dunia.
"Jadi perlambatan ekonomi masih terjadi, perang dagang Amerika China juga masih terjadi. Sudah ada perundingan-perundingan yang memberikan harapan tetapi masih belum ada kesepakatan di sisi lain harga-harga komoditas masih fluktuatif sekali," tandasnya.
Advertisement