Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengah mempersiapkan pembentukan induk usaha atau holding asuransi pelat merah yang diperkirakan bakal terealisasi tahun ini. Pembentukan holding ini bertujuan untuk menyehatkan industri asuransi yang ada di Indonesia.
Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo, Andrianto Wahyu Adi, mengaku bahwa perusahaan tidak terlalu berharap untuk bisa masuk holding asuransi BUMN tersebut. Namun tak menutup kemungkinan, apabila Askrindo ditunjuk induk BUMN maka pihaknya secara profesioanal akan siap bergabung.
"Kami hanya bilang kami akan memenuhi arahan dari pemegang saham, jadi bangsa tahun ini kami akan jalankan. Kami kan peserta jadi enggak mau terlalu (berharap)," kata dia sat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno, menargetkan semua holding BUMN yang belum rampung di 2018 harus diselesaikan di kuartal I atau akhir Maret 2019. Menteri Rini ingin holding ini menjadi kado bagi HUT Kementerian BUMN ke-21 tahun ini.
Setidaknya ada beberapa holding yang ditargetkan selesai pada Maret 2019 yaitu holding sektor perumahan, asuransi, pertahanan, farmasi, pelabuhan, semen dan sektor kawasan.
"Karena kita pada April 2019 kan masuk usia 21 tahun, jadi itu usia yang dianggap sudah dewasa penuh, makanya selesaikanlah holding-holding itu," kata Rini.
Dia menjelaskan, tujuan dirinya membentuk holding semata-mata untuk meningkatkan kekuatan BUMN itu sendiri dan bisa bersaing di kancah internasional. Selain itu, dengan holding, pembinaan dan pengawasan BUMN juga lebih mudah dilakukan.
Usai Migas, Pemerintah Kebut Pembentukan Holding BUMN Asuransi
Setelah induk usaha (holding) minyak dan gas (migas), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengebut pendirian holding BUMN asuransi. Targetnya rampung pada semester II-2018.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo menjelaskan, saat ini holding BUMN asuransi masih dalam tahap persiapan dan kajian.
"Mudah-mudahan semester II ini (selesai). Dalam sistem pengkajian sudah dilakukan dan dibicarakan. Izin belum ada dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun sudah dibicarakan," kata Gatot di kantornya, Jakarta, Senin (16/4/2018).
BACA JUGA
Gatot lebih jauh mengungkapkan, nantinya PT Jasa Raharja (Persero) akan menjadi induk holding dan di bawahnya akan ada Jasindo, Askrindo, dan Perum Jamkrindo.
"Holding itu bagus, meningkatkan kapasitas, meningkatkan efisiensi. Ini kan bagian dari menyamakan bisnis, sinergi bagian dari menyatukan sinergi. Unsur cost, operasional jadi lebih murah," ujarnya.
Gatot menjelaskan semula Jasindo yang ditunjuk sebagai induk dari holding asuransi. Akan tetapi setelah beberapa pertimbangan, akhirnya diputuskan Jasa Raharja yang menjadi induk.
"Dulu Jasindo, sekarang Jasa Raharja. Balance sheet-nya lebih bagus Jasa Raharja daripada Jasindo," ujarnya.
Jasa Raharja dinilai lebih independen daripada asuransi pelat merah yang lain. Saat ini asuransi yang lain masih perlu mendapatkan suntikan dari pemerintah.
"Jasa Raharja usahanya lebih ke mana-mana, jadi lebih independen, income-nya sudah lebih baik. Kalau Jasindo kan masih perlu dibantu dengan tender dan lainnya. Cost of interest-nya lebih tinggi (Jasindo), kalau ini kan sudah lebih baik (Jasa Raharja). Jasa Raharja lebih unik, lebih khusus, dan fokus," tandas Gatot.
Advertisement