Liputan6.com, Jakarta - Ancaman resesi global kian mendekat. Lima negara dengan ekonomi yanng kuat pun ikut terintimidasi karena hal itu.
Mengutip laman CNN, Kamis (22/08/2019), lima negara itu adalah Jerman, Inggris, Italia, Brasil dan Meksiko. Lima negara ini termasuk ke dalam G20, alias negara-negara yang memiliki ekonomi terbesar di dunia.
Rabu (21/08) kemarin, pertumbuhan ekonomi Jerman mengalami penurunan.
Advertisement
Baca Juga
"Intinya, ekonomi Jerman sedang tertatih-tatih saat ini," ungkap Andrew Kenningham, Kepala Ekonom Eropa di Capital Economist.
Carsten Brzeski, Kepala Ekonom Belanda ING menganggap Jerman terlalu bergantung pada eksportir yang menjual barang dengan jumlah tidak proporsional ke China dan Amerika Serikat (AS).
"Laporan PDB hari ini jelas merupakan tanda akhir dekade emas ekonomi Jerman," tutur Brzeski.
Ekonomi Inggris Merosot Sejak Isu Brexit
Sejak muncul kekhawatiran akan Brexit (British Exit), pertumbuhan ekonomi negeri tersebut merosot pada kuartal II tahun 2019, pertama kalinya sejak tahun 2012.
Inggris disebut harus pulih pada kuartal III mendatang agar tidak terkena resesi. Bila Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa, mungkin saja resesi tidak dapat dihindarkan.
Ekonomi Italia juga tidak jauh berbeda. Pada kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi negara ini cenderung melandai. Produktivitas dilaporkan melemah, adanya peningkatan pengangguran kaum muda, utang bertambah, serta kekacauan politik disinyalir semakin memperburuk kondisi ekonomi Italia.
Sementara untuk Meksiko, tercatat investasi melemah dan sektor jasa sedang berada di bawah tekanan.
Hampir sama seperti negara lainnya, pertumbuhan ekonomi Brasil menyusut pada kuartal II. Penyebabnya, penurunan produksi dan tingkat pengangguran yang semakin tinggi.
Advertisement
Terjadi Karena Berbagai Faktor
Kemerosotan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya manufaktur global yang menurun diiringi merosotnya kepercayaan bisnis.
Di Asia, pertumbuhan ekonomi China melambat imbas adanya perang dagang dengan AS. Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump dikabarkan bakal menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen untuk barang impor China senilai USD 300 miliar.