Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Gatut Sumbogodjati menyatakan, beras hitam Indonesia sudah mulai dilirik pasar Amerika Serikat.
Pada 2018 untuk pertama kali Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah mengekspor beras hitam ke Amerika Serikat sebanyak 20 ton dengan nilai mencapai Rp 800 juta.
"Beras hitam kita sudah mulai dilirik pasar ekspor, ke depan volume ekspornya akan lebih banyak. Kementan mendorong ekspor dengan mempermudah izin dan meningkatkan produksi berkualitas ekspor," ujar dia, Sabtu (24/8/2019).
Advertisement
Â
Baca Juga
Merujuk penelitian yang dilakukan Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, dan telah dipublish di web uns.ac.id, beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen antosianin dan antikolesterol yang tinggi, mencapai 200-400 miligram per 100 gram paling baik diantara jenis beras lainnya seperti beras merah.
Gatut mengatakan, Indonesia ingin meniru Korea Selatan yang menjadikan beras hitam sebagai bagian penting dalam pemeliharaan kesehatan.
"Hal tersebut dapat menjadi peluang pasar ekspor yang menjanjikan bagi Indonesia," sambungnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, di Indonesia jenis beras hitam ini merupakan varietas yang langka dan sangat tua. Secara historis pada zaman dulu beras ini dianggap sebagai makanan kaum elit seperti kalangan raja, sehingga disebut beras larangan. Sekarang siapapun bisa menanam dan mengkonsumsi beras tersebut, hanya saja keberadaannya belum banyak dikembangkan di Indonesia.
"Ada beberapa varietas yang sudah dikembangkan sejak jaman dulu seperti contohnya varietas Padi Hitam yang ada di Toraja dan Nusa Tenggara Timur," ungkap dia.
"Kemudian ada lagi varietas Cempon Ireng di Magelang, Sleman, Bantul, terus ada varietas Joko Bolot di Malang, dan di sekitaran Jawa Barat ada juga varietas Cibeusi yang banyak di Subang," tambahnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Daerah Percontohan
Di beberapa daerah, petani konsisten mengembangkan beras hitam seperti contohnya di kabupaten Tabanan, mereka mengembangkan beras hitam dengan kapasitas produktivitas 5 hingga 6,5 ton per ha dengan umur panen 6 bulan. Kementan pun menurut Gatut juga terlibat aktif mendukung dari sisi fasilitasi pascapanennya.
"Untuk kelompok tani yang mengembangkan beras hitam kami beri juga bantuan seperti Combine Harvester, Dryer, Rice Milling Unit dan Packing agar lebih efisien proses produksinya," bebernya.
Dia menjelaskan, beras Hitam sebagai kekayaan hayati yang bernilai ekonomis perlu dikembangkan karena kandungan nutrisinya. Beras Hitam berbeda dengan beras ketan hitam baik kandungan nutrisi dan rasa serta aromanya.
"Beras hitam perlu disosialisasikan sehinga masyakarat mengenal dan mengembangkannya menjadi salah satu produk berdayasaing tinggi dan andalan Indonesia," terangnya.
Bahkan, menurutnya, pengembangan produksi beras hitam sudah mulai dilakukan sejak empat tahun lalu di Kabupaten Sleman, Kabupaten Kabupaten Cianjur dan beberapa kabupaten sentra padi lain. Kemudian, konsumsi beras hitam dilihat dari respon pasar dalam negeri cukup baik, daerah pemasarannya meliputi Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor dan beberapa kota besar lainnya di Jawa.
"Ditinjau dari segi harga, beras hitam cukup menggiurkan bagi petani yang mengembangkan karena harga gabah beras hitam dihargai Rp. 8.000 per kilogram atau dua kali lipat dari beras putih biasa dan harga berasnya juga lebih tinggi dari harga beras biasa. Ini sebagai peluang besar untuk bisa kita sebarluaskan ke petani," pungkasnya.
Advertisement