Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan akselerasi ekspor komoditas unggulan ke negara-negara besar dunia. Kini, Kementan tengah menjadikan pisang Pontianak komoditas unggulan anyar yang siap masuk pasar ekspor.
Pengembangan dan penataan sentra pisang di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat mulai menunjukkan potensi yang bagus. Sebanyak 10 ton pisang Pontinak dengan nilai jual total Rp 85 juta siap dikirim ke Malaysia.
"Alhamdulillah, hari ini bersama-sama kita menjadi saksi untuk ekspor perdana buah pisang Pontianak," ujar Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Jumat (30/08/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ali menambahkan, potensi produksi buah pisang di Kalimantan Barat cukup tinggi. Tahun lalu, Kalimantan Barat berkontribusi memproduksi buah pisang sebesar 0,64 persen dari persentase produksi nasional atau sekitar 44.462 ton.
Selama tahun 2018, kabupaten ini telah mengirim sekitar 1.594 ton pisang ke seluruh daerah di Indonesia, meskipun belum bisa ekspor karena kapasitasnya belum memadai.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Potensi Ekspor Buah-Buahan Kian Meningkat
Potensi ekspor buah-buahan dinilai semakin meningkat dari waktu ke waktu. Enggi Nazila, pimpinan CV Royal Mehar (eksportir) mengaku bahwa permintaan buah pisang dari Malaysia mencapai 300 ton setiap minggunya. Namun, perusahaannya baru mampu memenuhi 50 ton saja.
Sementara, Kementan sendiri sudah menggagas 5 kebijakan strategis untuk meningkatkan ekspor, salah satunya dengan pelaksanaan program Agro Gemilang yang digagas awal tahun ini. Melalui program inilah, kualitas produksi buah pisang bisa ditingkatkan sehingga mampu masuk pasar ekspor.
Selain itu, buah pisang yang dieskpor juga sudah mengantongi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate agar kualitasnya terjamin.
Advertisement
Kementan Lepas Ekspor 80 Jenis Komoditas Pertanian Senilai Rp 1,1 Triliun
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali melepas ekspor produk pertanian sebanyak 10,5 ribu ton yang nilainya mencapai Rp 1,1 triliun. Pelepasan langsung dilakukan di tempat pemeriksaan fisik terpadu CDC Banda, Pelabuhan Tanjung Priok (6/8).
Produk pertanian yang diekspor ini berjumlah 80 jenis komoditas yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta.
Amran menegaskan ekspor tersebut merupakan bentuk nyata revolusi nyata di sektor sehingga hasilnya ekspor naik 100 persen dan investasi naik 110 persen. Dengan demikian, total kenaikan ekspor rata-rata 2,4 juta ton per tahun dan tercatat sejak pemerintahan Jokowi-JK, ekspor naik 9 juta ton. Tahun 2013, total ekspor hanya 33 juta ton, namun di tahun 2018 mencatat nilai tertinggi yakni 42,5 juta ton dan tahun 2019 ditargetkan naik minimal 45 juta ton.
"Atas arahan Bapak Presiden Jokowi, hari ini kita melakukan revolusi mental yang nyata di sektor pertanian. Kita ekspor komoditas pertanian senilai Rp 1,1 triliun, salah satunya kapas ke Argentina. Dua minggu lalu kami berkunjung ke Argentina, diterima langsung oleh Presiden Argentina dan beberapa menteri. Melakukan lobi-lobi khusus, kami mempromosikan komoditas unggulan Indonesia. Hari ini kita ekspor kapas ke argentina. Ini buah dari lobi kita ke argentina," demikian tegas Amran saat melepas ekspor.
Amran menjelaskan keberhasilan dalam memacu ekspor pertanian, kuncinya adalah dari keberhasilan merubah sistem. Kementan telah menerapkan pengurusan dokumen ekspor melaluiOnline Single Submission (OSS) dan mengambil langkah cepat untuk mendorong ekspor produk pertanian dengan penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert) serta menggunakan peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export).
"Di mana dulu pengurusan ekspor relatif sulit, tapi sekarang dengan OSS dan i-Mace yang diluncurkan Badan Karantina dapat memetakan potensi daerah yang memiliki komoditas berkualitas ekspor, mendorong generasi muda melakukan ekspor, petugas Karantina terjun langsung ke lapangan guna melakukan pengecekan, tidak ada pungli dan penerapan e-cert. Di era digital 4.0 ini, akselerasi ekspor ini harus kita dorong," jelasnya.
Â
Akselerasi Ekspor Pertanian
Oleh karena itu, lanjut Amran, untuk menjamin keberhasilan akselerasi ekspor, pihaknya telah perintahkan Badan Karantina sebagai pelayan eksportir. Namun demikian, yang terpenting dilakukan yakni membangun sistem dengan memetakan potensi, edukasi, mempermudah eksportirnya dengan tidak ada pungli agar semakin bergairah. Setelah dibangun sistem, yang dilakukan adalah akselerasi atau percepatan ekspor.
"Kami yakin dengan sistem yang kita bangun sekarang, komoditas pertanian Indonesia semakin berkompetisi denga negara-negara lain. Kalau ada yang main di kementerian, aku pecat. Tidak ada kompromi," ucapnya.
Di tempat yang sama, eksportir Kapas, Kudin Heldinata mengatakan pengurusan dokumen ekspor komoditas pertanian di era pemerintahan Jokowi-JK sangat cepat dan tidak ada biaya-biaya pungli. Alhasil, komoditas yang diekspor cepat sampai ke negara tujuan.
"Ini semua bisa terjadi karena di era pemerintahan Jokowi melakukan perbaikan sistem. Sebelumnya mengurus dokumen ekspor sangat susah dan butuh waktu yg lama," ujarnya.
Advertisement