Sukses

Tunggu Pidato Bos The Fed, Harga Emas Diprediksi Keok

Harga emas diperkirakan masih bertahan di atas level USD 1.530 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Investor logam mulia kini mengalihkan perhatian mereka ke prospek ekonomi AS. Itu disebabkan Bos The Fed Jerome Powell kemungkinan akan memberikan 'petunjuk' terakhirnya sebelum pertemuan bank sentral terkait kebijakan moneter September ini.

Sementara itu, harga emas telah kehilangan momentum kenaikan mingguanya setelah mencapai titik tertinggi pada pekan lalu. Penyebab lainnya ialah meredanya tensi dagang AS-China.

 

Kendati begitu, harga emas masih bertahan di atas level support utama yakni USD 1.530 per ounce. Jika ini terus berlanjut, arah emas kedepanya diprediksi akan terus naik. Demikian ungkap Presiden Blue Line Futures, Bill Baruch seperti dilansir Kitco News, Senin (2/9/2019).

"Harga emas masih akan naik jika mampu bertahan di atas level USD 1.530, jika di bawah USD 1.530 maka kemungkinan akan menuju ke level USD 1.500," ujarnya.

Di sisi lain, Kepala Strategi Global di TD Securities, Bart Melek mengungkapkan, dengan situasi global terutama AS-China yang tengah berlangsung, harga emas bisa saja sedikit lebih rendah.

Tetapi, jika data ekonomi memburuk dan stance The Fed cenderung dovish, kemudian didukung dengan volatilitas di pasar ekuitas, maka harga bisa melambung lebih tinggi lagi.

"Kami melihatnya harga emas akan bergerak secara signifikan ke atas. Pada sisi negatifnya, ada di sekitar level USD 1,488 dan positifnya di level USD 1,586," paparnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Penurunan Suku Bunga Acuan

Sementara itu, Ekonom Capital Economics AS Andrew Hunter mengatakan, semua mata kini tertuju pada Powell, bos The Fed.

Ketua Fed Jerome Powell akan memberikan pidato pada hari Jumat di Universitas Zurich di Swiss pada pukul 12:30 malam EDT. Powell diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneternya dengan penurunan suku bunga acuan The Fed.

"Pidato Powell di Jackson Hole pekan lalu memperjelas bahwa The Fed merencanakan pemotongan suku bunga lagi di bulan September berdasarkan meningkatnya perang dagang dan kelemahan di tempat lain dalam ekonomi global," tegas dia.