Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah seiring masih besarnya sentimen ketegangan dagang Amerika Serikat dan China.
Mengutip Bloomberg, Selasa (3/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.216 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.194 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.216 per dolar AS hingga 14.230 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melmasih mampu menguat 1,12 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.217 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.190 per dolar AS.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah melemah seiring masih besarnya sentimen ketegangan dagang Amerika Serikat dan China.
"Mata uang negara berkembang cenderung melemah seiring masih besarnya sentimen hindar aset berisiko dibalik memburuknya ketegangan dagang AS-China pasca kedua negara tersebut menaikkan tarif impor," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Ariston mengemukakan, ketegangan perang dagang kembali memanas setelah AS menaikkan barang-barang dari China sebesar 15 persen dan China juga membalas dengan menaikkan tarif minyak mentah AS.
Selain itu, lanjut dia, penguatan dolar AS juga ditopang oleh meningkatnya tekanan jual pada mata uang euro yang disebabkan tingginya ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan pelonggaran moneter serta ketidakpastian kepergian Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data Ekonomi AS
Selanjutnya, ia mengatakan, pasar akan menantikan perilisan data-data ekonomi AS mulai dari data Manufaktur hingga data penggajian non pertanian (non farm payrolls/NFP) versi ADP (Automatic Data Processing).
"Jika data ekonomi AS mengalami perbaikan maka dolar AS akan mempertahankan penguatannya dalam beberapa hari kedepannya," katanya.
Â
Advertisement
Sentimen Dalam Negeri
Sementara sentimen dari dalam negeri, menurut Ariston, relatif kondusif setelah data inflasi Agustus yang relatif terjaga.
"Data inflasi Agustus yang terjaga menahan tekanan rupiah lebih dalam," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2019 tercatat sebesar 2,48 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,49 persen.