Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut saat ini ekonomi global telah mengalami perlambatan dan kemungkinan terjadinya resesi akan semakin besar. Oleh karena itu, Jokowi meminta jajaran menterinya membuat langkah-langkah antisipasif dalam menghadapi krisis ekonomi.
"Payung harus kita siapkan, kalau hujannya besar, kita enggak kehujanan. Kalau gerimis kita enggak kehujan," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas antisipasi perkembangan perekonomian di Kantor Presiden Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jokowi mengatakan dampak krisis ekonomi global sudah terjadi di beberapa negara. Contohnya, mata uang yuan dan peso yang mengalami depresiasi. Sehingga, pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah konkret untuk mengantisipasi dampak resesi.
"Tantangan itu harus kita antisipasi, hadapi, dan kita harapkan, langkah-langkah antisipatif sudah benar-benar konkret kita siapkan dan berharap, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dampak dari resesi bisa kita hindarkan," ucapnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perkuat Investasi
Menurut dia, cara yang paling cepat mencegah resesi yaitu dengan foreign direct investment (FDI) atau penanaman modal asing. Untuk itu, Jokowi meminta seluruh kementerian yang berkaitan dengan investasi untuk menyederhankan regulasi-regulasi.
"Masalah itu ada di internal kita sendiri. Ada kunci kita keluar dari perlambatan ekonomi global itu ada di situ dan itu bisa memayungi resesi global juga ada di situ," tutur Jokowi.
Ekonom memberi penjelasan soal kabar adanya gejala resesi di Amerika Serikat (AS). Gejala tersebut berupa terjadinya inverted yield curve pada surat berharga yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury).
Pada fenomena tersebut, imbal hasil US Treasury dengan tenor dua tahun sempat lebih tinggi ketimbang yang tenor 10 tahun.Inverted yield curve dinilai kerap mendahului datangnya resesi, akan tetapi ekonom meminta agar tidak ada generalisasi, sebab hal tersebut bukan jaminan pasti akan ada resesi.
Â
Advertisement
Kemungkinan Resesi
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut perekonomian AS masih tergolong baik, meski terjadi perlambatan ekonomi di AS akibat perang dagang tetapi kemungkinan resesi dalam dua tahun mendatang masih kecil.
"Resesi jauh. Saya pikir misalkan AS resesi barulah dampaknya akan ke seluruh dunia, tetapi sejauh ini saya pikir belum ada arah-arah, tanda-tanda, di mana Amerika mengalami resesi, tapi melambat iya. Melambatnya ini karena dampak dari stimulus fiskal, pajak, sudah berakhir, dampaknya sudah tidak dirasakan lagi, dan juga dampak perang dagang ini, jadi makanya investasi bisnis sentimennya agak menurun di AS," ujar Josua kepada Liputan6.com seperti ditulis Senin (26/8/2019).