Sukses

Kemendag Dorong Buton Utara Ekspor Beras Organik

Buton Utara memiliki keunggulan dalam mengembangkan produk organik, khususnya untuk empat komoditas, yaitu padi (beras), kelapa, mete, dan rumput laut.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) mendukung Buton Utara mengembangkan ekspor produk organik untukmampu bersaing di pasar global.

"Dukungan diberikan Kemendag karena potensi Buton Utara yang memiliki keunggulan dalammengembangkan produk organik. Dalam kegiatan diskusi bersama tersebut dihasilkan keputusanbahwa pengembangan komoditas unggulan Buton Utara akan dilakukan dalam bentukpengembangan kawasan guna meningkatkan daya saing produk, penyerapan tenaga kerja, danpeningkatan ekonomi masyarakat," ungkap Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Ditjen PEN Marolop Nainggolan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, kapasitas produksi komoditas organik Kabupaten Buton Utara cukup memadaiuntuk memenuhi pasar ekspor. Hal tersebut juga didukung dengan letak geografis yang strategiskarena berhadapan langsung dengan Laut Banda.

"Meskipun demikan, masih diperlukan dukungandari pemerintah pusat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar nilai tambah produk,termasuk produk turunannya, dapat semakin tinggi," imbuh Marolop.

Sesuai dengan SK Bupati Nomor 17 Tahun 2017, Kabupaten Buton Utara merupakan kabupatenorganik dan merupakan satu-satunya kabupaten organik di Indonesia. Kabupaten organik berarti seluruh tanaman perkebunan dan pertaniannya diwajibkan menggunakan pupuk organik.

Buton Utara memiliki keunggulan dalam mengembangkan produk organik, khususnya untuk empat komoditas, yaitu padi (beras), kelapa, mete, dan rumput laut. Saat ini Buton Utara mengembangkan kawasan produk organik seluas 7.000 ha untuk mete, 5.000 ha untuk kelapa, 7.000 ha untuk rumput laut, dan1.200 ha untuk padi organik.

"Secara kultur, masyarakat Buton Utara sejak dahulu menggunakan sistem organik. Hal itumemberikan kemudahan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Buton Utara sebagai Kabupaten Organik," ujar Marolop.

Indonesia tercatat memiliki 17.948 produsen organik dengan total lahan seluas 208 ribu ha. Selain itu,Indonesia juga memiliki pangsa organik sebesar 0,4 persen dari pangsa dunia. Produk organik merupakan salah satu produk strategis yang dapat meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia dan diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai produsen organik terkemuka di Asia.

"Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan sangat mengapresiasi dukungan Pemerintah Kabupaten Buton Utara dalam mendorong komitmen Buton Utara sebagai Kabupaten organik dan merupakansatu-satunya Kabupaten Organik di Indonesia,” tegas Marolop.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Beras Organik Banyuwangi Diekspor ke Italia, Dua Negara Ini Jadi Sasaran Selanjutnya

Beras organik Banyuwangi resmi diekspor ke Italia. Melihat keberhasilan itu, Pemkab Banyuwangi berharap ekspor produk beras organik Banyuwangi meluas hingga menembus pasar pertanian organik pertanian di dunia, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman.

Saat berkunjung ke pusat produksi beras organik, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan kembali bahwa beras organik Banyuwangi kian diminati, baik di dalam maupun luar negeri.

"Semoga dengan pengenalan yang luas, tahun depan bisa ekspor ke negara lain, seperti Jerman atau AS. Kita ikhtiarkan bareng-bareng, selain tentu garap pasar dalam negeri yang juga besar," ujarnya, Jumat (22/3).

Kelompok tani yang berhasil ekspor di daerah tersebut mendapat pendampingan dari Pemkab Banyuwangi dan Bank Indonesia (BI). Beras yang diekspor berasal dari tiga varietas padi asli Banyuwangi yang telah didaftarkan di Kementerian Pertanian.

Anas mengatakan, mengutip data Federasi Internasional Gerakan Pertanian Organik (IFOAM) dan Lembaga Riset Pertanian Organik, pasar produk organik tumbuh cepat. AS adalah pasar organik terbesar di dunia dengan nilai USD27,04 miliar, diikuti Jerman USD8,45 miliar, Prancis USD4,8 miliar, dan Tiongkok USD2,67 miliar.