Sukses

Harga Ayam di Pasar Tradisional Grogol Terpantau Rp 35 Ribu per Kg

Pedagang pasar mengeluhkan pemberitaan media yang membuat pembeli berpikir harga daging ayam turun.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar anjloknya harga ayam di peternak ternyata tak berpengaruh di pasar tradisional. Berdasarkan pantauan Liputan6.com, harga daging ayam masih stabil di kisaran Rp 35 ribu per kilogram (kg) atau tak jauh berbeda dari bulan lalu.

Pedagang pun mengeluhkan pemberitaan media yang membuat pembeli berpikir harga daging ayam turun.

"Sekarang Rp 35 ribu per kg. Justru di TV turun, yang asli naik," jelas Rino (42) kepada Liputan6.com pada Senin (9/9/2019), di Pasar Grogol, Jakarta Barat.

Ia pun mengaku kerap ditanyai pelanggan yang mengira harga daging ayam turun.

Untuk bagian lain seperti filet dada dijual Rino seharga Rp 45 ribu per kg dan filet paha Rp 40 ribu per kg. Kulit dan ceker ia jual Rp 20 ribu ribu per kg, dan sayap seharga Rp 30 ribu per kg.

Kobir (42) turut berkata harga masih normal di kisaran Rp 35 ribu. Pedagang ayam ekoran ini juga diserbu pertanyaan pelanggan yang mengira harga daging ayam turun di pasar.

"Ayam tetap segitu jualnya, tidak ada perubahan. Itu di Jawa (yang turun), karena berita di TV ayam anjlok ditanyain pelanggan, orang-orang taunya ayam murah," tegas Kobir. Rino dan Kobir pun yang mengambil daging dari agen, bukan langsung peternak.

Bustomi (45) juga membantah ada penurunan harga dan jatuhnya harga ayam di peternak tak memengaruhi harga di pasar tradisional. "Di TV ngomong doang, harganya tetep," ujarnya.

Pedagang lain, Acong (38), menjual daging ayam di kisaran Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kg. Ia pun memastikan harga ayam masih stabil.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Harga Anjlok, Ratusan Peternak Ayam Gulung Tikar

Sebelumnya, satusan peternak ayam terpaksa gulung tikar akibat mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan imbas dari anjloknya harga ayam di tingkat peternak.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Singgih Januratmoko mengatakan, selama lebih dari setahun terakhir para peternak mengalami kerugian akibat anjloknya harga ayam. 

"(Jumlahnya ratusan peternak) Iya. Kita sudah mengalami kerugian 13 bulan. Dampaknya banyak peternak yang sudah tutup usaha karena mengalami kerugian yang banyak," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, peternak yang gulung tikar tersebut terbesar di sejumlah daerah, diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

"Banyak peternak ayam yang menumpuk utang dan kesulitan permodalan," ungkap dia.

Dampak dari penutupan tersebut, lanjut Singgih, banyak pekerja di sektor peternakan yang kehilangan pekerjaan. Namun dia belum mengetahui secara pasti jumlah pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini.

"PHK tenaga kerja. (Data pekerja PHK) Tidak ada, (tapi) laporan dari teman-teman di daerah," tandas dia.