Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong angkutan umum untuk menggunakan mobil listrik dalam melangsungkan kegiatan ekonomi. Tidak hanya mendorong angkutan umum, ia juga akan menggunakan mobil listrik dalam perjalanan sehari-hari.
"Oleh karenanya kita dorong sekali angkutan umum itu melakukan Bluebird, Gojek, Grab, Transjakarta, kita berikan izin untuk memulai," ujar Budi saat ditemui di Gedung Jiexpo, Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Kementerian perhubungan secara langsung dan tidak langsung akan melakukan itu. Satu di daerah di mana kita akan memberikan subsidi, by the service itu kita syaratkan sebagian menggunakan listrik. Dan kami juga akan memulai saya, eselon 1 dan 2 akan mencoba menggunakan," sambungnya.
Dia mengatakan, rencana penggunaan mobil listrik tersebut bisa diberlakukan secara efektif pada tahun anggaran baru. "Mustinya tahun anggaran baru, karena kita butuh anggaran baru, kita akan lakukan secara terbatas tapi ini kita sambil mempelajari," sambungnya.
Adapun beberapa negara yang menjadi panutan dalam menerapkan penggunaan mobil listrik adalah Eropa. Bagi Indonesia sendiri, ini penting dilakukan mengingat polusi udara sudah semakin tinggi. "Bagi indonesia ini penting, kita dalam kondisi kota-kota besar kita itu polusi, jadi penting sekali," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Grab: Tak Mudah Gunakan Mobil Listrik untuk Angkutan Online
Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan mengungkapkan tantangan dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia. Jika menilik dari sisi Grab, maka tantangan berkaitan dengan penggunaan mobil listrik oleh mitra pengemudi Grab.
"Tidak gampang sebenarnya me-launch mobil listrik ya. Bayangkan dia itu kan harus di-charge. Mitra pengemudi Grab kan setiap hari range-nya cukup jauh. Dia kan banyak trip," kata dia, saat ditemui, di sela peluncuran kategori 'Clean & Fix' di aplikasi Grab, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Salah satu tantangan terkait ketersediaan fasilitas pengisian daya bagi mitra driver yang menggunakan mobil listrik. "Contohnya kalau Hyundai itu, satu mobil kalau baterai diisi penuh, bisa sekitar 250-an km. Kalau misalnya mitra pengemudi dia setiap hari jalan lebih jauh dari itu berarti kan di tengah hari harus isi," ungkapnya.
"Kalau enggak ada charging point-nya enggak akan jalan juga. Jadi enggak bisa kita deploy mobil listrik itu tanpa ekosistem hadir dengan lengkap," imbuh Ongki.
Karena itu, pihaknya mendukung pemerintah dalam upaya pengembangan mobil listrik, khususnya dari sisi infrastruktur penunjang. Salah satunya ketersediaan fasilitas pengisian daya.
"Jadi kita harus ada charging station, listrik juga harus memadai, dan penentuan lokasi charging station juga harus tepat," tandas dia.
Advertisement