Sukses

Mengenal Pesawat Pertama BJ Habibie, N250 Gatot Kaca

Dalam perjalanan hidupnya, dia berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, pesawat buatan Indonesia pertama.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok BJ Habibie dikenal sebagai negarawan sekaligus cendekiawan cerdas yang menghasilkan karya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama penerbangan.

Dalam perjalanan hidupnya, dia berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, pesawat buatan Indonesia pertama.

Mengutip laman airlines.net, Rabu (11/09/2019), pesawat berkapasitas 50 penumpang ini merupakan hasil rancangan BJ Habibie dan teknologi pesawat tersebut dinilai cukup canggih sampai 30 tahun ke depan. Ternyata, pesawat terbang tersebut berhasil melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.

Desain awal pesawat ini membutuhkan waktu 5 tahun untuk penyelesaiannya. Berkat kerja keras BJ Habibie, pesawat ini jadi satu-satunya pesawat turbopop di dunia yang menggunakan teknologi Fly by Wire.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Akan Masuk Program Sertifikasi FAA

Bahkan, N250 Gatot Kaca sudah terbang selama 900 jam dan akan masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).

Purwarupa pesawat ini mulai dibangun tahun 1992 dan diterbangkan pertama kali pada Agustus 1995. Purwarupa kedua, N250-100 melakukan uji terbang pada 1997, meski pengembangan pesawat ini mengalami kendala karena krisis keuangan Asia tahun 1997.

BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia dilaporkan wafat pada Rabu (11/09/2019) pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Menurut putra kedua Habibie, Thareq Kemal, ayahnya meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.

3 dari 3 halaman

Sukses di Jerman, BJ Habibie Pilih Pulang ke Indonesia

Presiden Repubil Indonesia ke-3 BJ Habibie menghembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun. Ia berjasa besar dalam membangun fondasi industri penerbangan modern di Indonesia hingga saat ini.

Pengamat menyebut BJ Habibie adalah sosok yang berani melontarkan ide baru. Dulu, Indonesia masih berbasis pada pertanian dan didorong oleh Habibie agar mengembangkan industri penerbangan. Bahkan, Habibie rela meninggalkan karier cemerlang di Jerman demi hal tersebut.

"Beliau membangun fondasi industri penerbangan secara modern tahun pada 1975-1976. Itu fondasi untuk sampai sekarang, bahkan beliau itu sampai mau meninggalkan kantor beliau di Jerman. Beliau kan sebagai insinyur penerbangan yang bekerja di MBB atau Messerschmitt-Bölkow-Blohm," ujar pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, ketika berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (11/9/2019).

Di Jerman, BJ Habibie juga sudah punya nama julukan berkat spesialisasinya, yakni Mr. Crack. Julukan itu didapat karena Habibie jago mendeteksi keretakan pada pesawat.

Arista menyebut Habibie sebagai sosok yang punya passion besar pada dunia teknologi. "Dalam pemikiran beliau selalu hanya untuk ilmu, ilmu, ilmu, terutama penerbangan," kenang Arista.

Sumbangsih Habibie di dunia penerbangan pun kini dilanjutkan oleh putranya, Ilhamsyah. Bila dulu Habibie membangun turbo propeller, kini putranya membangun R80 yang merupakan jet.

Hal lain yang Arista kagumi dari BJ Habibie adalah ide-idenya yang out-of-the-box. Ketika Habibie ingin memajukan dunia penerbangan Indonesia, negara-negara tetangga pun belum berani melakukan hal serupa.

"Beliau pernah mencanangkan untuk melompat dari industri pertanian ke industri penerbangan. Itu enggak mudah pada era tahun 93-95 itu mau lompat dari pertanian ke industri. Itu enggak mudah, tapi itulah yang saya sebut ide brilian dari beliau," ucap Arista.