Sukses

Kilang Minyak Arab Saudi Diserang Drone, Amerika Serikat Salahkan Iran

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa Iran bertanggungjawab atas serangan pesawat tanpa awak terhadap fasilitas kilang minyak Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan bahwa Iran bertanggungjawab atas serangan pesawat tanpa awak atau drone terhadap fasilitas kilang minyak Arab Saudi. Sedangan tersebut memaksa Saudi Aramco yang merupakan pengelola kilang tersebut harus menutup separuh produksi.

Mengutip CNBC, Minggu (15/9/2019), penutupan kilang minyak ini akan berdampak pada hampir lima juta barel produksi minyak mentah per hari, sekitar 5 persen dari produksi minyak harian dunia.

“Hampir 100 persen, Teheran berada di balik hampir serangan terhadap Arab Saudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi," kata Pompeo dalam unggahan di twitternya.

Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia, Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman." tulis dia.

Gedung Putih mengutuk serangan itu dan mengatakan Presiden Donald Trump berbicara dengan Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk menawarkan dukungan AS untuk pertahanan Arab Saudi.

“Tindakan kekerasan terhadap wilayah sipil dan infrastruktur yang vital bagi ekonomi global hanya memperdalam konflik dan ketidakpercayaan. Pemerintah Amerika Serikat sedang memantau situasi dan tetap berkomitmen untuk memastikan pasar minyak global stabil dan dipasok dengan baik, ”kata Gedung Putih.

Pemberontak Houthi Yaman telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap kilang minyak Arab Saudi tersebut. Kementerian dalam negeri Arab Saudi mengatakan kebakaran telah terkendali dan saat ini tengah diadakan penyelidikan terhadap serangan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

2 Kilang Minyak Arab Saudi Diserang Drone

Produksi minyak Arab Saudi berkurang setengah setelah dua kilang minyak utama diserang oleh drone atau oesawat tanpa awak yang membawa bom. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Mengutip businessinsider, Minggu (15/9/2019), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab saudi Mansour al-Turki menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan drone tersebut.

Namun ia belum menjelaskan berapa kerugian yang dialami Saudi Aramco akibat aksi pengeboman tersebut. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.

Ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Alasanya, Saudi Aramco berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) atau menawarkan saham perdana dalam waktu dekat ini. Dengan lumpuhnya dua kilang ini berakibat aset perusahaan harus dihitung ulang. 

Wall Street Journal dan Bloomberg, melaporkan bahwa menurut sumber mereka, Arab saudi menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya setelah serangan ini. Digambarkan bahwa serangan oleh pemberontak ini terbesar sepanjang sejarah kerajaan.

Penutupan produksi yang dilakukan mencapai 5 juta barel per hari atau sekitar 5 persen dari produksi minyak mentah harian dunia.

Media pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa saat ini kebakaran di dua kilang sudah bisa dikendalikan.

Dalam laporan BBC, Seorang juru bicara untuk kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran di Yaman mengatakan pihaknya telah mengerahkan 10 drone atau pesawat tanpa awak dalam serangan itu.

Pejuang Houthi sebelumnya disalahkan atas serangan drone di fasilitas pencairan gas alam Shaybah bulan lalu dan Iran disalahkan oleh Arab Saudi dan AS atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pada Juni dan Juli, yang dibantah pihak berwenang di Teheran.