Sukses

Kilang Dibom Drone, Bagaimana Nasib Negara yang Tergantung ke Arab Saudi?

Konsekuensi serangan ini, sudah pasti pasokan minyak jutaan barel berkurang. Bahkan dilaporkan, 5 persen pasokan minyak global ludes, menyebabkan harga minyak naik gila-gilaan.

Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan lalu, pabrik minyak raksasa Arab Saudi, Saudi Aramco diserang sekelompok drone yang diduga didalangi kelompok Houthi dari Iran.

Konsekuensi serangan ini, sudah pasti pasokan minyak jutaan barel berkurang. Bahkan dilaporkan, 5 persen pasokan minyak global ludes, menyebabkan harga minyak naik gila-gilaan.

Untuk negara-negara yang masih menggantungkan pasokan minyak dari Arab seperti Korea Selatan, Jepang, China, India hingga Indonesia, tentu hal ini jadi pukulan yang cukup besar. Lantas, bagaimana tanggapan pemerintah negara-negara tersebut atas insiden ini?

Mengutip laman Bloomberg, Senin (16/09/2019), berikut reaksi mereka:

Korea Selatan

Kementerian Energi Korea Selatan, dalam pernyataan resmi, menyatakan belum melihat efek jangka pendek terhadap impor minyak mentah setelah serangan drone terjadi. Namun, jika situasinya berkepanjangan, gangguan pasokan bisa saja terjadi dan volatilitas harga minyak global dapat meningkat.

Sementara, volume dan jadwal pengiriman minyak juga belum terdampak sejauh ini.

Namun, keamanan energi global dan stabilitas di sana tentu akan mengganggu proses pengolahan minyak selanjutnya.

2 dari 4 halaman

Jepang

Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan pasokan minyak Arab sangat penting untuk ekonomi global, termasuk untuk Jepang. Kemenlu Jepang mengecam keras serangan tersebut dan menyatakan tetap berkomitmen untuk bekerjasama dan memperkuat perdamaian serta stabilitas di Timur Tengah.

Meski begitu, belum ada tanggapan langsung dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang yang khusus menangani bidang ini.

China

Perusahaan minyak dan gas terbesar di China, China National Petroleum Corp. belum menyatakan komentarnya, begitu pula dengan Badan Energi Nasional China. Sementara, Sinopec, perusahaan penyulingan China tidak mau berkomentar.

India

Perusahaan penyulingan di India, Bharat Petroleum Corp menyatakan tidak melihat gangguan pasar karena inventaris yang besar. Dia juga berjanji akan mengisi celah pasokan dan mempertimbangkan pembelian minyak mentah lainnya.

Meski begitu, miris bagi India karena 40 persen impor minyaknya berasal dari Arab. Serangan ini tepat terjadi saat pertumbuhan di India sedang melambat.

3 dari 4 halaman

Taiwan

Direktur Jenderal Biro Energi Taiwan, Cheng-wei Yu mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan dampak jangka panjang atas insiden ini.

Australia

Menteri Energi Australia Angus Taylor menyatakan dirinya tidak punya kapasitas untuk memprediksi harga minyak. Meski begitu, Australia harus memastikan pasokan bahan bakar negara Kanguru tersebut tetap aman.

Thailand

Menteri Energi Sontirat Sontijiwarong menyatakan, pihak Saudi Aramco memberi tahu situasi di sana aman terkendali sehingga Thailand tidak perlu khawatir.

4 dari 4 halaman

Filipina

Gubernur Bank Sentral Filipina Benjamin Diokno menyatakan, regulator di sana masih memantau reaksi pasar keuangan pasca insiden penyerangan kilang minyak ini. Sudah pasti, kejadian ini akan mempengaruhi keputusan bank sentral dalam kebijakan suku bunga negara tersebut.

Indonesia

Djoko Siswanto, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM menyatakan, Indonesia berharap kebutuhan pasokan minyak dari Saudi Aramco bisa dipenuhi dari langkah alternatif lainnya.

Diketahui, Indonesia mengimpor 110 ribu barel minyak per hari dari Arab. Meski demikian, pasokan stok bahan bakar dari minyak Saudi Aramco masih aman untuk memenuhi permintaan domestik.