Sukses

Harga Emas Melonjak 1 Persen karena Gejolak Global

Harga perak di pasar spot naik 2,96 persen menjadi USD 17,94 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dan perak naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin karena investor menyelamatkan diri ke aset safe haven setelah adanya serangan terhadap fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi.

Adanya serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran atas pasokan energi global dan juga akan membuat ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat.

Mengutip CNBC, Selasa (17/9/2019), harga emas di pasar spot melonjak 1,27 persen menjadi USD 1.507,40 per ounce sementara harga emas berjangka AS naik 0,83 persen menjadi USD 1.512,1 per ounce.

Seperti emas, perak dipandang sebagai investasi safe-haven. Namun logam ini digunakan dalam produksi barang-barang elektronik serta di sektor industri, yaitu panel surya.

Harga perak di pasar spot naik 2,96 persen menjadi USD 17,94 per ounce.

Kenaikan harga emas dan perak terjadi setelah Arab Saudi pada Sabtu menutup setengah produksi minyaknya dampak dari serangkaian penyerangan pesawat tanpa awak yang menghantam fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia.

Serangan itu diklaim oleh pemberontak Houthi Yaman dan pemerintahan Trump menyalahkan Iran.

Penutupan fasilitas pengolahan minyak ini mempengaruhi hampir 5,7 juta barel produksi minyak mentah per hari, menurut Saudi Aramco. Itu sekitar 5 persen dari produksi minyak harian dunia.

Pada bulan Agustus, Arab Saudi menghasilkan 9,85 juta barel per hari, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS.

2 dari 2 halaman

Analis: Harga Emas Sulit Tembus USD 1.500

Sebelumnya, para analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa harga emas sangat sulit untuk kembali menembus level USD 1.500 per ounce. Sejauh ini belum ada sinyal yang bisa membuat harga emas kembali ke level tersebut.

Mengutip Kitco, Senin (16/9/2019), pasar emas bersiap untuk melanjutkan kerugian dalam tiga pekan berturut-turut. Pesimisme mulai merambah pasar emas karena permintaan akan safe haven mulai melemah.

Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember terakhir di perdagangkan di USD 1.496,50 per ounce, turun lebih dari 1 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Menurut beberapa analis, ada peluang kerugian lebih lanjut di pasar emas pada pekan ini karena kemungkinan besar Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) gagal memenuhi harapan dovish. 

The Fed menjadi pusat perhatian pada minggu ini karena mereka tengah mempersiapkan untuk menyesuaikan kebijakan moneter. Menurut CME FedWatch Tool, pasar sepertinya pesimistis bahwa the Fed akan melakukan pemotongan suku bunga 25 basis poin.

Ketua The Fed Jerome Powell enggan mengumumkan dimulainya siklus pelonggaran baru. Pekan lalu, ia relatif optimistis terhadap ekonomi AS. "Pasar tenaga kerja dan kepercayaan konsumen dalam kondisi yang baik. Tidak akan ada resesi tetapi ada risiko yang kami pantau," katanya.

Analis komoditas TD Securities, Ryan McKay, mengatakan bahwa serentetan data ekonomi baru-baru ini dan meredanya perang dagang telah memberi Federal Reserve sedikit ruang untuk mengambil sikap yang lebih netral pada kebijakan moneter.

"Ada ruang bagi emas untuk kecewa," katanya.

McKay menambahkan, ia mengharapkan harga emas untuk bisa bertahan dan terus berada di kisaran USD 1.500 per ounce. Dia mengatakan bahwa ada risiko yang cukup di pasar untuk menjaga tawaran yang solid.

Richard Baker, editor Eureka Miner Report, mengatakan bahwa dia memperkirakan harga emas akan terus melayang USD 1.500 per ounce.

Video Terkini