Sukses

Kementerian ESDM Minta Pemilik Kilang Antisipasi Serangan Drone

Kilang minyak Indonesia harus meningkatkan keamanan‎ anti serangan drone.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau operator fasilitas pengolahan minyak (kilang) di Indonesia‎ untuk menggunakan alat anti peswat tanpa awak (drone). Hal ini untuk menghindari peristiwa serangan seperti yang terjadi pada kilang Arab Saudi.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, berkaca dari peristiwa meledaknya kilang di Abqaiq dan Khurais akibat serangan drone, maka kilang minyak Indonesia harus meningkatkan keamanan‎ anti serangan drone.

"kita imbau yang punya kilang minyak untuk pasang anti drone," kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Menurut Djoko, jika alat penangkal serangan drone tersebut sudah ‎terpasang maka jika ada drone yang tidak berizin masuk area kilang secara otomatis akan mati.

"Jadi begitu drone masuk dia mati. Asik," ujarnya.

Serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada Sabtu (14/9/2019) membuat pasokan minyak dunia turun 5 persen. Kondisi ini mendongkrak harga minyak mentah jenis Brent lebih dari 19 persen menjadi USD 71,95 per barel.

Sedangkan minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 15 persen ke USD 63,34 per barel. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak bulan Mei lalu.

Djoko berharap, kenaikan harga minyak hanya berlangsung sesaat, kemudian bisa kembali ke level normal dalam waktu dekat.

Untuk saat ini kenaikan harga minyak masih mendekati prediksi pemerintah yaitu USD 63 per barel pada 2020, sehingga belum berpengaruh terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Belum belum masih aman mudah-mudahan kembali normal. kita kan kemarin diketok USD 63 per barel, sekitar itu lah,"‎ tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

2 Kilang Minyak Arab Saudi Diserang Drone

Produksi minyak Arab Saudi berkurang setengah setelah dua kilang minyak utama diserang oleh drone atau oesawat tanpa awak yang membawa bom. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Mengutip businessinsider, Minggu (15/9/2019), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab saudi Mansour al-Turki menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan drone tersebut.

Namun ia belum menjelaskan berapa kerugian yang dialami Saudi Aramco akibat aksi pengeboman tersebut. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.

Ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Alasanya, Saudi Aramco berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) atau menawarkan saham perdana dalam waktu dekat ini. Dengan lumpuhnya dua kilang ini berakibat aset perusahaan harus dihitung ulang. 

Wall Street Journal dan Bloomberg, melaporkan bahwa menurut sumber mereka, Arab saudi menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya setelah serangan ini. Digambarkan bahwa serangan oleh pemberontak ini terbesar sepanjang sejarah kerajaan.

Penutupan produksi yang dilakukan mencapai 5 juta barel per hari atau sekitar 5 persen dari produksi minyak mentah harian dunia.

Media pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa saat ini kebakaran di dua kilang sudah bisa dikendalikan.

Dalam laporan BBC, Seorang juru bicara untuk kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran di Yaman mengatakan pihaknya telah mengerahkan 10 drone atau pesawat tanpa awak dalam serangan itu.

Pejuang Houthi sebelumnya disalahkan atas serangan drone di fasilitas pencairan gas alam Shaybah bulan lalu dan Iran disalahkan oleh Arab Saudi dan AS atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pada Juni dan Juli, yang dibantah pihak berwenang di Teheran.