Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, perkembangan industri properti di Indonesia akan turut memberikan dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Ini lantaran sektor tersebut banyak bersinggungan dengan bidang-bidang lainnya.
Sri Mulyani mengatakan, sektor konstruksi dan properti memiliki karakter yang sangat baik, karena keduanya bersifat mampu mendorong sektor lain supaya lebih berkembang (backward and forward linkage).
"Jadi kalau dia naik, pengaruhnya ke sektor lain naiknya juga besar. Dia bisa ikut menggerakan industri lain, seperti material, industri logistik, hingga industri bidang jasa, bahkan industri keuangan dan perbankan lewat KPR (Kredit Pemilikan Rumah)," jelasnya di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan perhitungannya, pertumbuhan industri properti yang cepat juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi negara hingga penciptaan lapangan kerja.
"Ini multiplier effect-nya di atas satu. Artinya, kalau sektor ini naik pengaruhnya besar. Bila properti tumbuh Rp 1 triliun, dampaknya Rp 1,9 triliun untuk konstruksi, dan Rp 1,2 triliun untuk real estate," tuturnya.
"Oleh karenanya, sektor ini penting. Penciptaan lapangan kerja juga ada di situ," dia menambahkan.
Namun begitu, ia mencibir kinerja sektor industri properti di Tanah Air yang dalam waktu 5 tahun terakhir hanya tumbuh di angka 3,5 persen. Berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi nasional, yang berada pada kisaran 5 persen.
"Tapi kinerja sektor ini 5 tahun terakhir constantly di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, yang sekitar 3,5 persen," ujar Sri Mulyani.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hunian Tapak Diprediksi Akan Tumbuh Stabil
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Dampak langsung atas pertumbuhan penduduk tersebut adalah turut meningkatnya permintaan akan hunian.
Dan pada tahun 2016, Bank Dunia juga merilis laporan bahwa kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 920 ribu unit per tahun, sedangkan angka ketersediaan hanya mencapai 400 ribu unit per tahun. Kondisi ini tentu saja merupakan potensi pasar yang besar yang bisa dibidik para pengembang.
Dan faktanya, permintaan akan hunian yang akan secara langsung dihuni lebih banyak pada segmen rumah tapak dibandingkan dengan apartemen. Segmen konsumen rumah tapak mayoritas juga merupakan end-user yang akan menempati secara pribadi. Sedangkan konsumen apartemen masih lebih banyak diburu oleh segmen investor sebagai bisnis sewa properti sehingga memperoleh pemasukan.
Pulung Prahasto, Direktur Teknik dan Pengembangan Usaha PT Adhi Persada Properti mengatakan, "Potensi hunian tapak kedepan akan tumbuh stabil, seiring dengan pertumbuhan penduduk. Kami optimis, dengan konsep hunian tapak yang memiliki halaman, serta status kepemilikan, akan menjadikan hunian ini tetap menjadi pilihan masyarakat, khususnya yang mencari hunian pertama. Berbeda segmen dengan hunian vertikal yang rata-rata menjadi pilihan untuk investasi bagi investor, keberadaan hunian tapak merupakan pilihan bagi masyarakat yang mencari hunian untuk ditinggali.”
Ketahui dinamika pasar properti di Indonesia, termasuk sentimen pasar dari sudut pandang pembeli lewat Rumah.com Property Index!
Advertisement