Sukses

BI Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Hari Ini

Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuanya sebesar 25 basis poin di Rapat Dewan Gubernur siang ini.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali memangkas suku bunga acuanya sebesar 25 basis poin di Rapat Dewan Gubernur siang ini.

Menurutnya, BI akan memotong suku bunga acuan mempertimbangkan kestabilan harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta perkembangan nilai tukar rupiah.

"Laju inflasi cenderung stabil di tengah ekspektasi inflasi yang cenderung terjangkar dalam target sasaran inflasi BI di kisaran 3,5±1 persen hingga akhir tahun ini. Selain itu, nilai tukar rupiah cenderung stabil dalam sebulan terakhir ini dimana volatilitas rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 6,4 persen saat dari rata-rata bulan Agustus yang tercatat sekitar 7,6 persen," tuturnya kepada Liputan6.com, Kamis (19/9/2019).

Josua menjelaskan, pelonggaran kebijakan moneter BI juga mempertimbangkan keputusan The Fed yang memangkas suku bunganya sebesar 0,25 persen.

Selain itu, kondisi perlambatan ekonomi global turut berkontribusi langkah BI yang dinilai akan kembali menurunkan suku bunga acuanya pada hari ini.

"Dan momentum pelonggaran kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga acuan juga disaat bersamaan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tren perlambatan ekonomi global dan bahkan potensi resesi dari beberapa negara maju dan berkembang," kata dia

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kenaikan Cadangan Devisa Tak Signifikan, Ini Penjelasan BI

Bank Indonesia (BI) menyebut akan terus menjaga cadangan devisa Indonesia di level yang aman. Namun, kenaikan cadangan devisa menjadi USD 126,4 miliar dinilai masih tidak terlalu besar.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyebut sumber kenaikan cadangan devisa adalah capital inflow dan musim pembayaran bunga. Inflow Agustus disebut sedang tersendat, sementara musim pembayaran bunga sudah lewat.

 "Jadi memang kemarin naiknya juga enggak besar banget karena juga memang kita lihat sumbernya. Itu kan sumbernya dari inflow. Dari portfolio di Agustus agak tersendat, kemudian yang kedua devisa naik karena musim pembayaran bunga itu sudah lewat, biasanya dia sekitar bulan Juni-Juli," ujar Destry pada Jumat (6/8/2019) di Museum Bank Indonesia, Jakarta Barat.

Destry berkata BI sedang memantau volatilitas yang terjadi di dunia yang masih penuh ketidakpastian. Ke depan, capital inflow diperkirakan akan tetap masuk meski tidak sederas enam bulan pertama.

BI juga mewaspadai pengaruh fenomena flight-to-quality yang mana investor gencar memilih aset yang aman. Investor besar juga semakin terpikat dengan indeks saham China yang kini menjadi pemain global.

Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pada 18 September juga turut diperhatikan menyangkut naik atau turunnya suku bunga.

"Jadi memang misalnya di ekonomi Amerika adjust, kita enggak tahu minggu depan suku bunga turun atau enggak, biasanya kalau sesuai ekspektasi market kan positif," kata Destry. Â