Sukses

Strategi PermataBank di Era Digitalisasi Perbankan

Saat ini nasabah membutuhkan pelayanan yang serba cepat dan mudah. Hal itu hanya bisa dilakukan melalui pelayanan digital banking.

Liputan6.com, Jakarta Perbankan nasional dituntut bisa berkompetisi di industri keuangan yang semakin ketat. Selain persaingan dengan sesama pemain di industri perbankan, ancaman lain datang dari layanan keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) yang menjamur.

Hal ini yang disadari PermataBank yang terus berupaya menggarap digital banking untuk memberikan layanan lebih cepat, terukur tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.

Transformasi ke digibank tersebut sebagai tahapan PermataBank menuju tren perbankan masa depan (future banking).

 

Anak perusahaan PT Astra International Tbk ini terus menyempurnakan layanan digital banking, seperti penambahan fitur dalam website dan aplikasi digitalnya, Permata App.

Direktur in-charge Astra Finance, Suparno Djasmin mengungkapkan PermataBank menambah banyak fitur dalam layanan digitalnya. Ini menjadikan layanan digital banking PermataBank terbanyak diantara para pesaingnya.

“Bahkan, PermataBank menyematkan fitur yang belum dipunyai bank lain, seperti pendeteksian suara (voice detection) dan face id, “ ujar Suparno Djasmin.

Direktur Pengawasan Bank 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Adhief Razali mengakui digitalisasi pelayanan perbankan di Indonesia sebenarnya agak terlambat dibanding dengan layanan keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) yang sudah menjamur sejak dua tahun lalu.

Adhief menambahkan saat ini nasabah membutuhkan pelayanan yang serba cepat dan mudah. Hal itu hanya bisa dilakukan melalui pelayanan digital banking.

“Hanya saja, perbankan tetap menjamin keamanan, kerahasiaan, dan integritas dalam melayani nasabah,” ujarnya.

Menjawab kebutuhan layanan yang serba cepat itu, Permata Bank meresmikan digital branch di Menara Astra yang mengintegrasikan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) melalui Model Branch.

Ini merupakan digital branch pertama milik PermataBank. “Kehadiran Model Branch ini bisa meningkatkan pelayanan yang lebih cepat dan baik lagi kepada para nasabah PermataBank,” ujar Suparno Djasmin.

Model Branch PermataBank tersebut dirancang untuk memberikan pengalaman bagi nasabah baik secara offline dengan bantuan staf maupun secara online melalui penggunaan teknologi digital atau self-service.

Konsep ini diyakini dapat memberikan konsistensi baik dalam hal penawaran produk dan layanan, look-and-feel (tampilan), desain, maupun teknologi yang keseluruhannya memberikan pengalaman yang memuaskan dan terintegrasi bagi nasabah, tambahnya.

Direktur Utama PermataBank, Ridha DM Wirakusumah mengatakan pembukaan Model Branch ini merupakan salah satu wujud dari digital roadmap PermataBank.

Model Branch ini merupakan yang pertama di perbankan Indonesia, yang secara berkelanjutan akan menempatkan teknologi digital yang tepat dan sesuai bagi nasabah.

“Dalam konteks ini, PermataBank akan selalu memegang komitmennya dalam melayani nasabah dengan prinsip simple, fast, dan reliable dalam menghadirkan teknologi digital untuk menjawab kebutuhan perbankan masa kini,” paparnya.

 

2 dari 2 halaman

Kinerja

Keseriusan perusahaan melakukan transformasi ke digital banking ini dalam setahun terakhir berdampak pada peningkatan produktivitas dan kapasitas PermataBank.

Jika pada 2016, volume transaksi tercatat sebesar 157 juta kali, maka pada tahun 2019 melonjak menjadi 288 juta kali atau naik 83 persen.

Sebagian besar terjadi pada transaksi digital. Jika dua tahun lalu transaksi digital tercatat sebanyak 81 persen maka tahun ini sudah meningkat menjadi 95 persen.

Direktur Teknologi dan Operasional PermataBank, Abdy Salimin menjelaskan, kehadiran digital banking PermataBank juga mendongkrak produktivitas unit transaksi.

Jika pada tahun 2016 produktivitas unit transaksi di PermataBank tercatat sebanyak 100.000 maka pada 2019 ini telah meningkat menjadi 193.000 atau naik 87 persen.

Sejalan dengan itu, tuturnya, efisiensi transaksi juga menurun. Jika dua tahun lalu efisiensi transaksi tercatat sebesar Rp 1.817 per transaksi maka tahun ini sudah turun ke kisaran Rp 1.070 per transaksi atau berkurang 41 persen.

Di sisi lain, jumlah rekening baru pada tahun 2016 tercatat 1,6 juta maka pada Agustus tahun 2019 ini tercatat sebanyak 7,6 juta atau bertambah 22 persen.

“Semua ini tidak akan tercapai kalau kita hanya menbuka kantor cabang saja dan tidak mengembangkan digital banking. Setelah kita kembangkan digital banking, satu tahun rata-rata tercatat 28 juta nasabah yang memakai MobileX PermataBank,”ujarnya.

Sementara itu, pada semester pertama 2019, PertamaBank berhasil mencatatkan pertumbuhan positif. Pada sesester I tahun 2019 Bank Permata membukukan laba bersih sebesar Rp 711,39 miliar.

Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 146,29 persen atau naik Rp 422,55 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu di mana laba yang dibukukan tercatat sebesar Rp 288,84 miliar.

PermataBank juga mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 2,54% year on year (yoy) menjadi Rp 2,7 triliun.

Sedangkan, total aset PermataBank secara year to date (ytd) masih mencatatkan penurunan sebesar 3,34 persen menjadi Rp 147,77 triliun.

Di sisi lain, total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tercatat mencapai Rp 101,58 triliun naik 2,7 persen secara ytd.

Berdasarkan segmen kreditnya, modal kerja dan konsumsi masih menjadi andalan penyaluran kredit perusahaan.