Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Akademisi dari Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal Hastiadi mendorong generasi milenial untuk tidak hanya konsumtif tapi juga lebih giat berinvestasi. Investasi bisa dimulai dengan nominal yang tidak harus besar.
Dia mengingatkan jika masa muda merupakan masa produktif. Hal ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk tidak hanya menghamburkan uang melainkan harus menyiapkan bekal di masa depan.
"Nah, makanya mumpung sekarang lagi produce maka menyisihkan sedikit lah," kata dia, dalam sebuah acara diskusi di Menara BCA, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Advertisement
Apalagi saat ini, pilihan produk investasi kian beragam. Sehingga dapat memilih produk investasi yang paling cocok dengan kondisi finansial dengan nominal minimal pembelian yang terjangkau bahkan setara harga 2 gelas kopi.
"Banyak investasi. Sekarang bisa beli reksadana, obligasi, beda sama dulu yang memang orang kaya saja yang bisa. Mungkin hari ini puasa Starbucks Rp 50 ribu dulu bisa," ujar dia.
Jika tidak dimulai dari sekarang, dia menegaskan milenial dapat menjadi tua sebelum kaya."Ada artikel, kalau kita kehilangan cara dalam mengelola keuangan dengan baik maka kita akan menjadi tua sebelum kaya,"Â dia menandaskan.
Reporter: Yayuk Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Mayoritas Investor Pasar Modal Indonesia Berumur di Bawah 30 Tahun
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan, mayoritas investor di Pasar Modal Indonesia saat ini merupakan golongan milenial yang berusia di bawah 30 tahun, yakni mencapai sekitar 40,33 persen.
"Bisa kita lihat bahwasanya mayoritas saat ini adalah milenial. Usianya sekitar 30 tahun. Jadi investor kita 40 persen adalah di usia-usia milenial," jelas Direktur Utama PT BEI Inarno Djajadi saat menggelar Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Selain milenial di bawah 30 tahun, kelompok usia lain yang juga banyak bermain di pasar modal yakni investor pada rentang usia 31-40 tahun, sebesar 25,59 persen. Diikuti investor berumur 41-50 tahun (17,87 persen), investor 51-60 tahun (10,68 persen), dan investor di atas 60 tahun (5,53 persen).
Baca Juga
Berdasarkan laporan milik PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 31 Mei 2019, pasar modal juga didominasi investor berjenis kelami pria, yakni sebesar 59,25 persen. Sementara investor wanita berjumlah sekitar 40,75 persen.
Sedangkan menurut kategori pendidikan, setengah porsi demografi investor dikuasai sarjana lulusan S1 sebanyak 50,08 persen. Tak mau kalah, investor tamatan SMA ke bawah duduk di posisi dua sebesar 35,92 persen, diikuti lulusan D3 (7,86 persen) dan S2 ke atas (6,14 persen).
Terkait profesi, 55,22 persen investor merupakan seorang pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil (PNS), swasta, maupun yang berprofesi sebagai guru. Secara penghasilan, sebesar 57,30 persen investor memiliki pendapatan antara Rp 10-100 juta per bulan.
Lebih lanjut, Inarno juga mengutip data persebaran investor Pasar Modal Indonesia. Dia memaparkan, kebanyakan investor saat ini memang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sebesar 72,85 persen. Diikuti Sumatera, lalu Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTT-NTB, serta terakhir Maluku dan Papua.
"Yang menarik dalam hal ini, bahwasanya Jawa sebetulnya sebelum 2018, itu mencapai 75 persen. Namun sedikit demi sedikit mulai berkurang karena daerah-daerah mulai menunjukan peningkatan untuk masuk di pasar modal. Sehingga saat ini untuk Pulau Jawa 72,8 persen," tukasnya.
Â
Advertisement