Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi tiba di Bandara Rendani, manokwari sekitar pukul 19.45 WIT. Di Manokwari, Menhub dijadwalkan meninjau beberapa fasilitas infrastruktur transportasi.
Usai tiba di Manokwari, Menhub langsung menuju Hotel Aston Niu untuk melakukan pertemuan dengan Kepala UPBU se-Papua Barat, UPT Perhubungan Wilayah Papua Barat dam pemerintah daerah.
"Secara khusus saya menyampaikan apa yang sedang dilakukan oleh Rendani. Tapi sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada pak Gubernur yang sudah memberikan support untuk pengadaan tanah dan pembuatan tiang pancang," kat Menhub di Manokwari, Kamis (26/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Di Bandara Rendani ini, Kemenhub akan menambah panjang landasan pacu (runway) sepanjang 300 meter. Saat ini Bandara Rendani memiliki panjang runway sekitar 2.000 meter x 45 meter.
Diharapkan dengan penambahan runway ini bisa didarati pesawat-pesawat jet dengan ukuran yang lebih besar. Dengan demikian bisa meningkatkan ekonomi wilayah Manokwari dan Papua lainnya.
"Oleh karenanya kita akan undang nanti naik itu Citilink, Garuda, Lion, Batik Air, Sriwijaya Air untuk kita lakukan perbaikan-perbaikan penerbangan di Papua ini," tegas Budi Karya.
Tidak hanya perpanjangan runway, Kemenhub juga akan melakukan perbaikan terminal Bandara Rendani sehingga kualitas pelayanan akan lebih baik.
"(Pembangunan) Bandara Rendani di 2020 akhir sudah selesai," pungkas Menhub.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Menhub: 35 Persen Anggaran Sektor Udara untuk Papua
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menegaskan, Pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan tidak hanya memperhatikan konektivitas udara di rute-rute gemuk. Perhatian untuk meningkatkan konektivitas di wilayah 3T juga menjadi komitmen Pemerintah.
"Amanat yang diberikan kepada Kementerian Perhubungan bukan saja kota-kota besar, atau tempat wisata, tapi justru yang terluar, tertinggal, dan terdepan ini," kata dia, dalam Panel Diskusi bertajuk 'Polemik dan Prospek Industri Aviasi: Harga Tiket, Kompetisi, dan Efisiensi', di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Sebagai contoh, lanjut Budi, Kementerian Perhubungan mengalokasi anggaran yang cukup besar untuk pengembangan konektivitas di Papua. Fasilitas yang dibangun Kementerian Perhubungan, kata dia, bisa berupa bandara atau fasilitas pendukung lain.
"Tidak mudah, tapi Kementerian Perhubungan selalu berusaha memberikan fasilitas. Sejumlah bandara kita bangun, sejumlah fasilitas kita bangun," jelasnya.
"Bahkan di Papua, yang merupakan daerah 3T menghabiskan 35 persen anggaran Kementerian Perhubungan di sektor udara itu adalah di Papua," imbuh Menhub.
Advertisement
Punya Nilai Penting
Sebagai negara kepulauan, jelas Budi, konektivitas udara memiliki nilai penting bagi Indonesia. Terutama untuk mengakomodasi kebutuhan akan sarana transportasi udara di daerah terpencil.
"Kita lihat bahwa transportasi sangat penting. Apalagi Indonesia negara kepulauan. Nggak mungkin teman-teman kita yang di Rote dan Miangas itu berenang di laut," tegas dia.
Karena itu, Mantan Direktur Utama AP II ini mengharapkan, pihak maskapai pun dapat memberikan layanan hingga ke daerah 3T, meskipun tergolong dalam 'rute kurus'.
"Dibutuhkan satu atensi dari industri penerbangan. Kita tahu mereka tidak memiliki kemampuan untuk membayar yang sama seperti jalur-jalur gemuk. Kami tahu upaya menjangkau tempat-tempat itu dibutuhkan suatu effort, bahkan subsidi dari industri penerbangan," tandasnya.