Sukses

Korea Selatan Berbagi Inovasi Teknologi Konstruksi

Pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu prioritas nasional pada periode 2020-2024, sehingga dinilai membutuhkan teknologi konstruksi yang lebih efisien.

Liputan6.com, Jakarta
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology (KICT) yang merupakan insititusi di bawah Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Tranportasi (MOLIT) Korea Selatan (Korsel) menyelenggarakan KICT Construction and Technology Fair 2019. 
 
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pameran tersebut merupakan salah satu sarana alih pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi kepada negara yang menjadi tempat penyelenggaraan.
 
"Kerjasama Indonesia dan Korea sudah berlangsung lama dan terus meningkat, terutama dalam pembangunan infrastruktur," kata Menteri Basuki dalam sebuah keterangan tertulis, Jumat (27/9/2019). 
 
 
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin menyampaikan, pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu prioritas nasional pada periode 2020-2024, sehingga dinilai membutuhkan teknologi konstruksi yang lebih efisien.
 
Untuk itu, kerjasama dengan negara lain termasuk Korea Selatan sangat diperlukan untuk berbagi teknologi terkini di bidang konstruksi.
 
"Untuk mengimbangi pesatnya pembangunan infrastruktur jasa konstruksi tentunya diperlukan kesiapan rantai pasok yang terdiri dari sumber pembiayaan, SDM yang berkompeten, kesiapan material dan teknologi. Metode teknologi konstruksi memegang peranan penting mengingat tuntutan semakin tinggi akan mutu infrastruktur yang dibangun dalam waktu relatif singkat," tutur dia.
 
Syarif sangat mengapresiasi atas ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah agenda tahunan KICT ke-5. Dia berharap mendapat banyak manfaat, khususnya dengan tindak lanjut kerjasama Indonesia-Korea Selatan di bidang jasa konstruksi. 
 
"Terlebih lagi terkait rencana pembangunan Ibu Kota Baru yang akan menggunakan konsep Smart City, yang mengkombinasikan antara kawasan kota pemerintahan berbasis keberlanjutan dan teknologi serta memperhatikan efisiensi," ujar dia. 
 
 
 
 
2 dari 2 halaman

Berbagi Pengalaman

Dia menuturkan, Pemerintah RI dalam hal rencana pemindahan ibu kota negara juga dapat berbagi pengalaman dengan Korea Selatan.
 
Pemerintah Korsel sendiri telah memindahkan sebagian kantor pemerintahan ke Sejong yang dibangun sebagai kota cerdas dengan teknologi tinggi. Disamping itu, tempat tinggal warga juga didesain tidak jauh dari tempat kerja sehingga mobilitas orang dapat dikurangi.
 
"Pihak Korea sudah menyatakan ketertarikannya untuk ikut berpartisipasi dalam pemindahan ibu kota negata. Saat ini mereka masih melihat potensi pada bidang apa yang bisa ikut terlibat, sekaligus mempelajari skema kerja sama yang cocok. Salah satu yang bisa kita pelajari dari Korea adalah kelebihan mereka dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pembangunan kota," urainya. 
 
Terakhir, ia berharap acara tersebut tidak hanya sebagai sarana untuk berbisnis antar badan usaha bidang konstruksi kedua negara, namun juga dapat menjadi sarana perluasan jejaring kerja dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor konstruksi. 
 
"Dan juga menjadi awal dari inovasi dan gagasan sebagai masukan bagi kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur di Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi," jelasnya. 
 
Sementara itu, Vice President KICT Kwon Sooahn menyatakan, pada KICT Construction Technology Fair 2019 hadir sebanyak 15 badan usaha dari Korea yang bergerak pada sektor jasa konstruksi dengan berbagai spesialisasi yang dimiliki. Seperti ICT (lnformation and Communication Technology), konstruksi bangunan gedung, jembatan, geoteknik, jalan, air limbah, dan sumber daya air. 
 
"Kami ingin mempertemukan teknologi kedua negara, dan semoga dapat meningkatkan kerjasama dua negara yang selama ini telah terjalin," tukasnya penuh harap.