Liputan6.com, Jakarta - Gejolak nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan masih menjadi ancaman pada semester II 2019. Ancaman ini akan menggerus laba para pengusaha hingga akhir tahun.
"Nilai tukar dolar Amerika Serikat berkaitan erat dengan produk barang-barang konsumsi yang bergantung pada impor hingga di atas 50 persen. Setiap terjadi depresiasi rupiah, maka margin laba perusahaan akan tergerus," tulis DBS Group Research seperti yang dikutip Liputan6.com, Jumat (27/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengantisipasi hal ini, DBS menyarankan para pengusaha untuk meningkatkan inovasinya ke sisi online. Saat ini penjualan online di Indonesia tengah mengalami pertumbuhan yang pesat.
Penjualan online atau e-commerce saat ini, dinilai sudah menjadi bagian penting dalam industri ritel di Indonesia. Jumlah orang yang berbelanja online terus meningkat dan masih akan tetap tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Penyebabnya, dalam research tersebut dikatakan adalah karena harga yang ditawarkan lebih murah, nyaman, menghemat waktu, bisa memilih lebih banyak produk dan penjual, serta meningkatnya jumlah pengguna internet dan telepon pintar.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data Pertumbuhan
Penjualan ritel melalui internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada 2018, penjualan e-commerce naik menjadi 4 persen dari total penjualan ritel di Tanah Air. Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,4 persen.
Selama periode 2007 hingga 2018, total penjualan online rata-rata tumbuh sebesar 25,3 persen per tahun. Penjualan online ini tentu saja jauh melampaui rata-rata penjualan offline yang tumbuh 9 persen per tahun di periode yang sama.
"Penjualan ritel internet di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, karena didukung oleh pembangunan infrastruktur, tinggginya tingkat penetrasi telepon pintar, dan meningkatnya populasi penduduk berpenghasilan menengah," lanjut research tersebut.
Para pemain e-commerce tidak hanya menjual produk lewat platform Tokopedia, Shopee, Lazada, Zalora, Blibli, atau Bukalapak saja, tapi juga menjual produk lewat media sosial, seperti Instagram.
Advertisement
Ekonomi AS Tumbuh, Rupiah Tertekan ke 14.197 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (27/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.188 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.165 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.188 per dolar AS hingga 14.197 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,38 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.197 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.162 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan melemah pasca rilis data pertumbuhan ekonomi AS.
"Perkembangan ekonomi AS masih terlihat solid dan belum menunjukkan potensi resesi yang kuat," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.
Pengumuman ke-3 angka pertumbuhan ekonomi AS untuk triwulan II 2019 tercatat 2 persen (yoy), tidak berubah dari pengumuman ke-2 sebelumnya, namun melambat dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat 3,1 persen (yoy).
Perlambatan tersebut karena turunnya belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure) dan ekspor.
Lana memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.150 per dolar AS hingga 14.180 per dolar AS.
"Pagi ini mata uang kuat Asia dolar Hong Kong dan dolar Singapura dibuka melemah terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah, tetapi kemungkinan rupiah justru akan menguat secara teknikal karena sudah melemah tiga hari berturut-turut," kata Lana.