Liputan6.com, Vancouver - Miliarder senior Jimmy Pattison (91) menjelaskan pentingnya menjaga relasi dalam berbisnis. Jimmy Pattison adalah pemilik Jim Pattison Group yang bergerak di sektor dealer mobil sekaligus pemilik Guinness World Record.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, miliarder asal Kanada itu berharap negaranya bisa lebih business-friendly agar bisa mengundang lebih banyak penanaman investasi. Bersahabat dengan negara asing pun dinilai penting agar ujungnya bisa menambah lapangan kerja.
"Saya pikir bisnis adalah hal yang menciptakan lapangan kerja, dan kita butuh berteman dengan negara asing sebanyak mungkin, karena negara kita mengekspor banyak hal. Dari sudut pandang politik, sudut pandang bisnis, lebih banyak teman yang kita punya maka lebih baik untuk bisnis," ujar Pattison.
Advertisement
Baca Juga
Sang miliarder mengakui bahwa perang yang terjadi amatlah rumit, ia bahkan tak mampu menjelaskannya. Negaranya sendiri terlibat dengan perang dagang karena merupakan sekutu dengan Amerika Serikat (AS).
Pattison berkata ia juga berbisnis di China, sehingga ia khawatir soal relasi China-Kanada. Meski Kanada dekat dengan AS, Pattison mengaku tidak tak ingin memilih antara AS dan China. Namun, ia percaya posisi perusahaannya kuat berkat diversifikasi.
"Saya harap tidak (memilih pihak tertentu). Kita melakukan banyak bisnis dengan AS, dan kami melakukan lebih banyak dan banyak bisnis di China. Saya membahas perusahaan saya. Jadi apa yang terjadi secara politik memberikan efek dratis ke kami. (Tetapi) kami sudah terdiversifikasi. Dan itu bagus," ujar Pattison.
Sentimen yang disampaikan sang miliarder mirip dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang khawatir jika negara-negara harus memilih antara AS atau China akibat perang dagang.
Berdasarkan data Bloomberg Billionaire Index, kekayaan Jimmy Pattison adalah sebesar USD 6,47 miliar atau Rp 91,8 triliun (USD 1 = Rp 14.202). Ia saat ini adalah salah satu orang terkaya di Kanada.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Muak dengan Kelakuan Politikus, Miliarder Taiwan Ini Batal Jadi Capres
Miliarder Terry Gou asal Taiwan masuk ke daftar miliarder yang mengurungkan niat untuk jadi capres. Gou mengaku tak tahan dengan kelakuan politikus yang mengejar ambisi lewat kebencian.
"Setelah saya ikut bagian di kampanye, semua yang saya lihat adalah para politikus memantik kebencian, konfrontasi, dan popularisme," demikian pernyatan Gou seperti dikutip Business Insider.
Pernyataan Gou pada Senin malam, 16 September 2019, membuat terkejut kancah politik dan media massa. Pekan lalu, ia diketahui baru saja hengkang dari Partai Kuomintang yang pro-China sehingga menambah spekulasi bahwa Gou serius ingin menjadi Presiden Taiwan.
Sang miliarder diprediksi akan maju lewat jalur independen karena kalah di pemilihan capres Partai Kuomintang. Walikota Kaohsiung, Han Kuo-yu, terpilih menjadi capres partai tersebut.
Â
Advertisement
Mengaku Tak Ada Intervensi
Gou berkata urung menjadi capres atas perenungan pribadi, tanpa intervensi pihak mana pun. Ia berjanji tetap akan menyuarakan gagasannya demi kepentingan publik dan negara.
Miliarder Terry Gou merupakan bos dari perusahaan elektronik Foxconn, serta orang terkaya di Taiwan. Menurut Forbes kekayaannya kini mencapai USD 6,6 miliar.
Pilpres Taiwan akan diadakan pada 11 Januari 2020. Calon petahana Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrat akan melawan Han Kuo-yu.