Sukses

Pepsi Resmi Hengkang dari Indonesia 10 Oktober

Berakhirnya kontrak dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) jadi alasan PepsiCo Inc dari Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Minuman berkarbonasi asal Amerika Serikat (AS) Pepsi dipastikan hengkang dari Indonesia. Pepsi akan resmi meninggalkan pasar Indonesia per 10 Oktober 2019 ini.

Juru bicara (Jubir) PepsiCo mengatakan kini Pepsi akan mengakhiri kiprahnya di pasar domestik. Alasanya, masa kontrak PepsiCo Inc dan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) telah habis pada tanggal tersebut. Keduanya juga telah sepakat untuk tidak melanjutkan kerja sama lagi.

 

"Efektif mulai 10 Oktober 2019, AIBM tidak akan memproduksi, menjual, atau mendistribusikan produk PepsiCo," ujar Jubir PepsiCo, Rabu (2/10/2019).

Pihaknya pun berharap PepsiCo dapat kembali berusaha di pasar tanah air melalui sejumlah produk unggul lainnya dari perusahaan.

"PepsiCo berharap bisa kembali ke pasar Indonesia dengan merek-merek ternama kami seperti Pepsi, Miranda, 7up dan Mtn Dew di masa yang akan datang," tegas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Wall Street Menguat Terangkat Saham Pepsi

Wall Street ditutup menguat dengan indeks S&P 500 naik ke posisi tertinggi sejak 1 Februari, sehari sebelum pasar memulai aksi jual. Pendorong kenaikan adalah saham PepsiCo.

Melansir laman Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 143,07 poin, atau 0,58 persen, menjadi 24.919,66. Sementara indeks S&P 500 naik 9,67 poin, atau 0,35 persen, menjadi 2.793,84 dan Nasdaq Composite bertambah 3,00 poin, atau 0,04 persen, menjadi 7.759,20.

Saham PepsiCo melonjak setelah hasil kuartalan perusahaan melampaui perkiraan dipicu kenaikan penjualan makanan ringan.

Adapun indeks konsumen staples naik 1,3 persen dan memberikan kenaikan terbesar ke S&P 500, didorong saham PepsiCo, yang menguat 4,8 persen.

Saham perusahaan lain yang tercatat naik adalah Procter & Gamble yang menguat 2,5 persen dan Coca-Cola sebesar 1,3 persen.

Pada perdagangan kali ini, kekhawatiran atas meningkatnya imbal hasil obligasi dan berpotensi menguatnya inflasi mendorong aksi jual awal Februari, yang menjadi koreksi untuk pasar.

Laporan penghasilan diharapkan menjadi kunci bagi investor dalam beberapa minggu mendatang. Ini menjadi pengalih fokus pasar pada ketegangan perang dagang antara Amerika dan CHina yang terjadi baru-baru ini.

"Mereka menjual karena (berita tarif), dan kemudian memantul kembali," kata Alan Lancz, Presiden Alan B. Lancz & Associates Inc, perusahaan penasihat investasi yang berbasis di Toledo, Ohio.