Sukses

PTPP Kembangkan Hunian di Stasiun Juanda Senilai Rp 400 Miliar

PTPP akan mengembangkan kawasan hunian Stasiun Juanda seluas 6.902 m2 dengan total investasi mencapai Rp 400 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT PP (Persero) Tbk atau PTPP melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Usaha (PKSU) dan Berita Acara Kesepakatan pengembangan kawasan hunian Stasiun Juanda.

Prosesi penandatanganan dilakukan oleh Direktur Strategi Korporasi & HCM PTPPM. Aprindy, disaksikan oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Direktur Utama Perseroan Lukman Hidayat, DirekturUtama PT KAI (Persero) Edi Sukmoro dan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI (Persero) Amrozi Hamidi.

Dalam kerja sama tersebut, PTPP akan mengembangkan kawasan hunian Stasiun Juanda seluas 6.902 m2. Terbagi dalam tiga tahap, kawasan hunian Stasiun Juanda akan dibangun 2 tower dengan jumlah hunian mencapai 621 unit dan diperkirakan dapat menampung hingga 2.484 jiwa.

"Konstruksi tower I direncanakan akan selesai pada akhir tahun 2021," ujar Direktur Strategi Korporasi & HCM PTPP M Aprindy di Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Sinergi Perseroan bersama PT KAI (Persero) ini merupakan dukungan terhadap program pemerintah dalampenyediaan 1 juta hunian untuk mengatasi kekurangan backlog 15 juta unit.

Dengan total investasi mencapai Rp 400 miliar, pengembangan hunian di kawasan stasiun yang terintegrasi dengan berbagai moda transportasi umum ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yaitu konsep hunian berkualitas yang terintegrasi dengan berbagai akses, tentunya dengan harga yang terjangkau.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

PTPP Bangun 4 Pembangkit Listrik di Wilayah Terpencil

Konsumsi listrik di Indonesia secara kontinyu terus menunjukkan peningkatan dan telah mengubah gaya hidup penduduknya. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, konsumsi listrik diIndonesia di tahun 2017 mencapai 1.012 Kilowatt per Hour (KWH)/kapita naik 5,9 persen dari tahun sebelumnya.

Untuk tahun ini, pemerintah menargetkan konsumsi listrik masyarakat akan meningkat menjadi 1.129 KWH per kapita. Untuk mengantisipasi kenaikan ini, pemerintah juga meningkatkan kapasitas pembangkit pada tahun ini menjadi sebesar 65 GW dari realisasi tahun lalu sebesar 60 GW, salah satunya denganmencanangkan program pemerintah 35 GW di Indonesia.

Saat ini, rasio elektrifikasi di seluruh provinsi diIndonesia sudah di atas 70 persen, kecuali Nusa Tenggara Timur dan Papua. 

Guna mendukung program pemerintah 35 GW di Indonesia tersebut, terutama di daerah terpencil di timur Indonesia, PTPP melakukan pembangunan empat pembangkit listrik pada waktu yang bersamaan dilokasi yang terpisah dan berada di lokasi terpencil untuk Dual Fuel Mpbile Power Plant, yaitu pertama, Mobile Power Plant 20 MW Nabire PLTMG, yang terletak di Nabire, Provinsi Papua, dengan masapembangunan selama 6 bulan.

Kedua, Mobile Power Plant Ternate 30 MW PLTMG, yang terletak di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara,dengan masa pembangunan selama 6 bulan. Ketiga, Mobile Power Plant 20 MW Flores MHP, terletak di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur,dengan masa pembangunan selama 12 bulan.

Keempat, Mobile Power Plant PLTMG bontang 30 MW, terletak di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, denganmasa pembangunan selama 9 bulan.

"Selama proses pembangunan, Perseroan bekerjasama dengan Wärtsilä Finland sebagai pemasok utama gasengines yang diperlukan untuk pembangkit listrik. Seluruh mesin pendukung pembangkit listrik dirakit dandikirim langsung dari Finlandia ke Indonesia melalui pengiriman jalur laut," ujar Direktur Operasi 3 PTPP Abdul Haris Tatang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, PTPP telah melakukan terobosan baru dan langkah yang besar dalam mentuntaskan proyek pembangkit listrik dari sisi kualitas pekerjaan yang rapi, waktu pengerjaan, efisien terutama dari sisi HSE (Health, Safety, Environment) sehingga mampu menghasilkan pembangkit listrik berkualitas tinggi.

Berbagai tantangan yang dihadapi Perseroan selama proses konstruksi, mulai dari keterbatasan sumber daya,jalur pengiriman engine gas yang jauh, tantangan geografis, kondisi cuaca serta masa konstruksi yang cukup singkat, tidak menjadi hambatan bagi tim proyek Perseroan dalam membangun empat pembangkit listrik tersebut.

"Dengan sinergi dan koordinasi yang baik seluruh stakeholders, tantangan tersebut mampu membawa warna tersendiri, hingga akhirnya empat pembangkit listrik selesai dengan kualitas terbaik dan tepat waktu, tepat biaya, menerangi rumah-rumah masyarakat di daerah terpencil Indonesia," kata dia. Â