Sukses

Rudiantara: Startup yang Bisa Sukses Cuma 5 Persen

Sekitar 50 persen perusahaan rintisan gagal di empat tahun pertamanya mendirikan bisnis.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menjelaskan tingkat kesuksesan mendirikan startup (success rate startup) yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Kata dia, dalam skala internasional, tingkat kesuksesan mendirikan startup memang masih rendah. Apalagi jika dibandingkan dengan pasar di Indonesia.

"Secara international (success rate startup) hanya 5 persen, jadi memang lebih banyak yang gagal daripada berhasil karena banyak startup di Indonesia yang cuman startup-startup-an saja," tuturnya di Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019).

"Selain itu, kebanyakan di Indonesia banyak yang techie (techno savy) tapi mereka lupa terhadap market, ada nggak pasarnya? We need to validate the market," lanjut dia.

Oleh sebab itu, Pemerintah menurutnya terus ikut andil agar semakin banyak unicorn-unicorn baru lahir di dalam negeri. Termasuk di dalamnya dengan program akselerasi bagi startup-startup baru.

"Makanya Pemerintah create program 1.000 startup baru, yakni agar mereka melewati fase-fase yang harus dilakukan oleh startup pada umumnya seperti akselerasi, inkubasi hingga ke tahap 'capital'. Gimana caranya ngasih success rate ini harus di atas 75 persen," ujarnya.

Asal tahu saja, menurut laporan Bureau of Labor Statistic (BLS), sekitar 50 persen perusahaan rintisan gagal di empat tahun pertamanya mendirikan bisnis. Sedangkan 19 persen startup gagal karena ketatnya persaingan bisnis dan sisanya 18 persen gagal disebabkan persoalan 'pricing' atau cost issues.

2 dari 2 halaman

Indonesia Bakal Punya 1 Unicorn Baru, Siapa?

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara berharap akan ada satu unicorn lagi dari dalam negeri sebelum akhir tahun.

Sinyal tersebut ia sampaikan di kantor Bukalapak saat menghadiri kerja sama antara Google Bisnisku dengan Bukalapak siang ini.

"Target kita 5 (unicorn) alhamdulilah sudah tercapai. Saya berharap sebelum akhir tahun ada lagi yang jadi unicorn. Saya belum bisa sebut di sektor apa," tuturnya di Kantor Bukalapak, Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019).

Seperti diketahui, 5 unicorn anak negeri di Indonesia ialah Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak hingga yang baru-baru ini ialah OVO dengan valuasi sebesar USD 2,9 miliar atau sekitad Rp 40,6 triliun. 

Pria yang akrab dengan panggilan 'chief' ini masih enggan membeberkan petunjuk terkait startup mana yang kelak akan mengikuti langkah Bukalapak sebagai unicorn baru.

"Belumlah, saya belum bisa sebut di sektor apa," kata dia.

Sementara itu, Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid menuturkan, lahirnya startup baru bukanlah diukur dari semutakhir apa teknologi yang ditawarkan.

Melainkan, kandidat unicorn-unicorn baru harus berhasil dan menjawab permasalahan ekonomi yang kini tengah terjadi di tengah masyarakat.

"Bukan tentang teknologi yang paling canggih, bukan berdasarkan teknologinya. Tetapi siapa yang bisa memecahkan masalah yang ada," paparnya.