Sukses

Tahun Depan, PLN Fokus Listriki 78 Ribu Rumah di Papua

Untuk mencapai Rasio Desa Berlistrik (RDB) 100 persen di Papua dan Papua Barat pada 2020, masih ada 414 desa dengan 78 ribu rumah yang harus dilistriki.

Liputan6.com, Jakarta - Melistriki Papua menjadi pekerjaan rumah besar yang dihadapi pemerintah dan PT PLN (Persero). Hal ini dalam menyokong cita-cita Indonesia terang secara berkeadilan.

Data Kementerian ESDM menyebut, untuk mencapai Rasio Desa Berlistrik (RDB) 100 persen di Papua dan Papua Barat pada 2020 nanti, masih ada 414 desa dengan lebih kurang 78 ribu rumah yang harus dilistriki.

Rasio Desa Berlistrik (RDB) di Provinsi Papua dan Papua Barat saat ini sebesar 98,3 persen, yang dicapai melalui kontribusi PLN (48,5 persen), program LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi) dari Kementrian ESDM dan listrik swadaya inisiatif pemda-pemda setempat.

Executive Vice President Operasi Regional Maluku Papua (OR-MP) Indradi Setiawan menegaskan, namun menghadirkan terang di seluruh bumi Papua bukan masalah sederhana.

Tantangan penugasan PLN di Indonesia Timur, khususnya Papua untuk menuju RDB 100 persen adalah keterbatasan infratruktur karena sulitnya medan geografis, kerapatan hunian yang rendah, serta kompetensi sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan.

Dia menjelaskan, wilayah Kerja PLN di Papua dan Papua Barat mencakup luar 546.633 km2 yang mencakup 3.749 pulau. Dari ribuan pulau itu hanya 140 pulau yang berpenghuni, dan PLN sudah melistriki 128 di antaranya dengan pembangunan transmisi sepanjang 218 kms yang dilayani gardu.

"128 pulau itu dilayani dengan 108 Sistem Kelistrikan, di mana 18 diantaranya merupakan Sistem Kelistrikan Besar (2 MW) dan 90 sisanya masuk Sistem Kelistrikan Kecil dengan kapasitas kurang dari 2 MW," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (10/10/2019).

Total daya mampu dari 108 sistem kelistrikan itu mencapai 358.97MW, dengan beban puncak 285.45 MW. Dibandingkan dengan Jakarta yang mencapai20 ribu MW, angka ini tentu sangat kecil.

“Memang secara umum, kondisinya perlu ditingkatkan. Masalahnya pertumbuhan masing-masing distrik itu tidak sama. Kami harus berhitung cermat. Kalau over investasi juga bahaya, apalagi semua daerah itu masuk wilayah subsidi,” jelas Indradi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tantangan yang Dihadapi

Dengan tantangan geografi, kerapatan hunian dan infrastruktur yang terbatas, Program 1000 Energi Terbarukan dipandang bisa menjadi solusi untuk percepatan elektrifikasi melalui implementasi model wirelessel ectricity.

Untuk itu sedapat mungkin PLN mengoptimalkan energi lokal berbasisenergi baru terbarukan. Optimalisasi energi lokal berbasis energi baruterbarukan diharapkan akan memperbaiki kinerja bauran energi sekaligus menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP). Kendala lain yang rawan adalah sensitivitas suhu politik setempat.

“Memang semua harus melihat medan setempat mana yangmemungkinkan. Kalau belum mungkin, tidak boleh dipaksa karena malah programnya tidak akan jalan. Dan itu semua harus memperhitungkanbiaya,” ungkap Indradi.

Seperti dipaparkan dalam pln.co.id, rencana pembangunan pembangkitlistrik menuju rasio elektrifikasi 100 persen di provinsi Papua dan Papua Baratdiperkirakan akan menelan investasi lebih kurang Rp 1,9 triliun.

Namun dalam masalah ini, lanjut Indradi, untuk wilayah timur Indonesia PLNmemang tidak berorientasi pada keuntungan bisnis semata.

“Apapun, Papua adalah bagian dari NKRI yang harus diperlakukan secara adil dan setara, agar masyarakatnya jangan terlalu ketinggalandibandingkan dengan wilayah lain,” pungkasnya.